sistem pencernaan pada ikan lele lokal (Clarias batracus)



SISTEM PENCERNAAN PADA IKAN
LELE LOKAL (Clarias batracus)
Oleh:
Rizky Yonanda Lubis
160302062
VII/B
















LABORATORIUM IKTIOLOGI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERADAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
 


PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Ikan adalah hewan vertebrata akuatik berdarah dingin dan bernafas dengan insang. Ikan didefenisikan sebagai hewan yang bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di air dan secara sistematik di tempatkan pada filum chordata dengan karakteristik di tempatkan memiliki insang sirip yang berfungsi untuk mengambil oksigen terkarut dari air dan sirip digunakan unutk berenang. Ikan hampir dapat ditemui di semua perairan di dunia dengan bentuk dan karakter yang berbeda-beda. Ciri-ciri umum dari golongan ikan adalah mempunyai rangka bertulang sejati dan bertulang rawan mempunyai sirip tunggal atau berpasangan dan mempunyai operculum, tubuh ditutupi oleh sisik berlendir serta mempunyai bagian tubuh yang jelas antara kepala, badan dan ekor. Ukuran ikan bervariasi mulai dari kecil sampai yang besar. Kebanyakan ikan berbentuk torpedo, pipih, dan ada yang berbentuk tidak teratur (Fitrah, dkk., 2016).
            Ikan lele (clarias batracus) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makan pada malam hari. Pada siang hari ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat gelao. Ikan lele tidak pernah ditemukan diair payau dan asin. Habitatnya di sungai dengan arus air perlahan, rawa, telaga, waduk dan sawah yang tergenang air. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan. Tubuh ikan lele terduru daru 3 bagian yaitu kepala (caput), badan (truncus) dan ekor (cauda). Dimana bagian kepala dimulai dari ujung moncong sampai dengan batas tutup insang, badan dimulai dari belakang tutup insang sampai dengan anus dan ekor dimulai dari belakang anus sampai ujung ekor                                (Lingga dan Kurniawan, 2013).
Lele (claraias batracus) merupakan salah satu ikan yang mampu bertahan pada lingkungan perairan yang buruk. Air merupakan pelarut yang dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup. Air dibutuhkan oleh makhluk hidup baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, air dimanfaatkan sebagai tempat terjadinya reaksi kimia, transporatasi hasil metabolisme dan sebagainya.  Sementara itu secara eksternal, air dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari baik untuk makan, minum, mencuci dan menjadi habitat bagi organisme air. Air juga memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ikan yang dibudidayakan oleh masyarakat. Kualitas air yang buruk dapat menghambat pertumbuhan ikan lele untuk mempertahankan hidupnya, sehingga wajtu pemanenan bisa lebih lama (Pratiwi, 2014).
Ikan lele (clarias batracus) memiliki organ insang tambahan (arboresent) yang berwarna merah segar serta memungkinkan dapat mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga dapat hiudp dalam air yang kandungan oksigennya sedikit. Bukaan operculum atau proses  Ramjet Ventilation Clarias batracus merupakan proses penting dalam respirasi ikan karena proses tersebut adalah proses menelan air dengan mulutnya dan menekannya melewati insang kemudian keluar melalui lubang di bawah operculum. Clarias batrasuc akan menggerakkan operculum lebih cepat ketika mengalami stress dan akan lebih sering muncul ke permukaan bair sebagai upaya untuk mendapatkan udara (Putra, 2014).
Sistem pencernaan (digestive system) adalah sistem yang terdiri dari pencernaan saluran dan organ-organ yang membantu tubuh memecah dan menyerap makanan. Organ-organ dalam sistem pencernaan di luar saluran pencernaan disebut organ pencernaan aksersori adalah lidah, kelenjar ludah, hati, pankreas dan kandungan empedu. Bagian dari sitem saraf (yang disebut sistem saraf eneterik) dan peredaran darah juga berperan penting dalam sistem pencernaan. Sistem atau alat pencernaan pada ikan terdiri dari dua bagian yaitu, saluran pencernaan (tractus disgestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria). Saluran pencernaan terdiri dari mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus dan anus. Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas yang berguna untuk menghasilkan enzim pencernaan yang nantinya akan bertugas membantu proses penghancuran makanan (Pratiwi, 2014).
Sistem pencernaan hewan pada umumnya meliputi rongga mulut, faring, esophagus, lambung, pankreas, hati, empedu, duodenum, kolon, rectum dan anus/kloaka. Makanan masuk melalui rongga mulut dan dicerna oleh pencerna mekanik dan kimiawi oleh gigi dan enzim-enzim yang berperan dari kelenjar saliva yang menghancurkan makromolekul menjadi lebih halus (bolus). Bolus  memasuki esophagus lalu menuju lambung. Lambung adalah lokasi paling efektif dalam pencernaan kimiawi tingkat tinggi sebab disinilah mengubah makanan/ bolus menjadi lebih halus, kecuali lemak yang masih belum dapat diuraikan. Kelenjar pencernaan menghasilkan secret baik hormone maupun enzim yang berfungsi dalam pemecahan makanan tersebut (Sari, dkk., 2010).
Saluran pencernaan ikan lele terdiri dari mulut, rongga mulut, esophagus, lambung, usus dan anus. Usus yang dimiliki ikan lele lebih pendek dari panjang tubuhnya hal ini merupakan ciri khas ikan karnivora sementara itu almbugny6a relatif besar dan panjang. Posisi mulut ikan bervariasi tergantung pada kebaisaann makan ikan, macam-macam posisi mulut adalah terminal (mulut terletak di ujung hidung), sub terminal (mulut terletak di dekat ujung hidung), superior (mulut terletak di atas hidung) dan inferior (Mulut terletak di bawah hidung). Adapun posisi mulut lele  tergolong ke dalam terminal. Mulut pada ikan berfungsi untuk memasukkan makanan. Sehubungan dengan fungsi tersebut maka bukaan mulut ikan menentukan ukuran pakan yang diberikan. Pada lapisan perumukaan rongga mulut terdapat sel- sel penghasil lendir. Terdapat pula lidah yang meruoakan penebalan tulang arch-hyoden didasar mulut yang dilapisi sel mukus dan organ pengecap. Pada langit-langit bagian belakang terdapat organ pelatin yang berfungsi mengatur kelebihan dan pemompaan (Ratnasari, 2011).

Tujuan Praktikum
            Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui Karakteristik Ikan Lele Lokal (Clarias batracus).
2.    Mengetahui Saluran Pencernaan Ikan Lele Lokal (Clarias batracus).
3.    Mengetahui Fungsi Saluran Pencernaan Ikan Lele Lokal (Clarias batracus).

Manfaat Praktikum
            Manfaat dari laporan praktikum ini adalah agar mahasiswa lebih memahami dan mengetahui karakteristik, saluran pencernaan, fungsi saluran pencernaan, habitat dan klasifikasi ikan lele lokal (clarias batracus) sehingga mahasiswa memahami semua tentang ikan lele serta dapat memberikan informasi yang benar kepada orang yang membutuhkan tentang pengetahuan ikan lele, termasuk pengetauan pencernaan ikan lele lokal (clarias batracus).
TINJUAN PUSTAKA
Morfologi dan Anatomi Ikan Lele  
Ikan lele memiliki tubuh kulit yang licin, berlendir, tidak bersisik dan mempunyai organ arborecent, yaitu alat yang membuat lele dapat hidup di lumpur atau air yang hanya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele bewarna kehitaman atau keabuan memiliki bentuk badan yang memanjang pipih kebawah (depreset), berkepala pipih dan memiliki 4 pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba. Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung D. 68-79, Sirip dada P.9-10, sirip perut V.5-6, sirip anal A.50-60 dan jumlah sungut sebanyak 4 pasang, 1 pasang diantaranya lebih panjang dan besar, sirip dada dilengkapi duri panjang dan patil yang memiliki panjang maksimum mencapai 400 mm terutama pada ikan lele dewasa. Sedangkan pada ikan lele yang tua sudah berkurang racunnya. Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan antara panjang baku dan panjang kepada 1: 3-4. Ukuran matanya sekitar 1/8 panjang kepalanya giginya berbentuk villiform dan menempel dirahangnya (iqbal, 2011).
            Ikan lele merupakan hewan nokturnal dimana ikan ini aktif pada malam hari dalam mencari mangsa.ikan-ikan yang termasuk ke dalam genus lele di cirikan dengan tubuhnya yang itdak memiliki sisik, berbentuk memanjang serta licin. Ikan lele mempunyai sirip punggung (dorsal fin) serta sirip anus (anal fin) berukuran panjang, yang hampir menyatu dengan ekor atau sirip ekor. Ikan lele memiliki kepala dengan bagian seperti tulang mengeras di bagian atasnya. Mata ikan lele berukan kecil dengan mulut di ujung moncong berukuran cukup lebar. Dari daerah sekitar mulut menyebul empat pasang barbel (sungut peraba) yang berfungsi sebgai sensor untuk mengenali lingkungan dan mangsa. Lele memiliki alat pernafasan tambahan yang dinamakan arborecent. Arborecent  ini merupakan organ pernafasan yang berasal darii busur insang yang telah termodifikasi. Pada kedua sirip dada lele terdapat sepasang duri (patil), berupa tulang berbentuk duriyang tajam. Pada beberapa spesies ikan lele, duri-duri patil ini mengandung racun ringan. Hampir semua species lele hidup di perairan tawar. Berikut kisaran parameter kualitas air untuk hidup dan pertumbuhan optimum iken lele menurut beberapa penelitian (Syaifullah, 2010).
            Bentuk umum ikan lele adalah bulat memanjang dengan kepala pipih. Mulut terminal dilengkapi dengan empat pasang sungut disekelilingnya. Tubuh tidak bersisik, berkulit licin bewarna gelap atau coklat dengan bagian ventral lebih terang. Sepanjang dorsal dan anal dilengkapi sirip lunak, sirip punggung hamper mencapai atau bersambung dengan sirip ekor dan tidak bersirip lunak Ikan lele mempunyai ciri khusus yaitu di bagian sirip dada terdapat patil pendek, tumpul dan tidak beracun. Tubuhnya tidak bersisik dan warnanya akan berubah menjadi pucat bila terkena sinar matahari, jika ikan lele mengalami tekanan dan stres tubuhnya akan diwarnai noda hitam dan putih Mempunyai sungut mandibula dan maksilar yang lebih panjang dan tegar, sifatnya tenang, lebih jinak dan kepala sampai punggung bewarna coklat kehitaman sertacangkang tengkorak sampai leher terdapat bercak putih kusam. Alat pernafasan tambahan pada ikan lele bukan labirin seperti yang dipunyai ikan gurami, sepat dan tambakan melainkan hanya berupa lipatan kulit tipis yang menyerupai spons (arboresent) yang terdapat dalam rongga di atas insang serta melekat padanya (Yulinda, 2012).
            Ikan lele dalam kondisi normal dapat mencapai ukuran berat 250 gr/ekor pada masa pemeliharaan 100 hari. Dalam usaha budidaya pembesaran ikan hal yang harus diperhatikan kondisi kulaitas air selain pemberian pakan. Pada pemeliharaan ikan lele dengan padat tebar yang tinggi dan pemberian pakan yang berlebih akan menghasilkan limbah bahan organic dalam jumlah yang banyak, yang kemudian akan mengalami pembusukan dan menghasilkan ammonia yang bersifat racun sehingga air tercemar (Lisna dan Insulistyawati, 2015).
            Ikan lele hidup hampir disemua perairan air tawar, lele memiliki organ pernafasan tambahan yang memungkinkannya untuk mengambil oksigen dari udara, sehingga lele tahan hidup pada air dengan kondisi oksigen yang rendah. Alat pernafasan tambahan ini berbentuk seperti bunga berwarna kemerahan yang terletak dibagian atas lengkung insang ke dua dan ke empat. Lele jarang menampakan aktifitasnya pada siang hari hal ini dikarenakan lele merupakan ikan yang bersifat nokturnal yaitu ikan yang bersifat aktif pada malam hari. Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan, berdasarkan jenis pakannya lele digolongkan kedalam ikan karnivora. Selain itu lele juga bersifat kanibal (Ratnasari, 2014).
            Ikan lele (Clarias spp) termasuk ke dalam filum Chordata, kelas Pisces, sub-kelas Teleostel, ordo Ostariophysi, sub-ordo Siluroidea, famili Clariidae, genus Clarias spp. Ikan lele (Clarias spp) mempunyai ciri – ciri yang bisa digunakan untuk membedakan dengan jenis ikan lainnya, yaitu memiliki bentuk memanjang, bagian badan bulat dan memipih ke arah ekor, tidak bersisik serta mengeluarkan mukus. Ikan lele memiliki kepala berbentuk pipih dan simetris, memiliki patil, mulut lebar, tidak bergigi, dan mulut memiliki sepasang sungut mandibular dan sepasang sungut maksilar yang lebih panjang dan tegar, daerah kepala sampai punggung berwarna coklat kehitaman. Ikan lele memiliki sifat tenang dan lebih jinak (Dapongtonung, 2010).
Lele merupakan salah satu ikan yang mampu bertahan pada lingkungan perairan yang buruk. Air merupakan pelarut yang dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup. Air dibutuhkan oleh makhluk hidup baik secara internal ataupun eksternal. Secara internal, air dimanfaatkan sebagai tempat terjadinya reaksi kimia, transportasi hasil metabolisme dan sebagainya. Sementara secara eksternal, air dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik untuk makan, minum, mencuci dan menjadi habitat bagi organisme air. Air juga memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ikan yang dibudidayakan oleh masyarakat. Kualitas air yang buruk dapat menghambat pertumbuhan ikan lele karena energy yang diperoleh dari pakan digunakan oleh ikan lele untuk mempertahankan hidupnya sehingga waktu pemanenan bisa menjadi lebih lama (Elpawati, 2015).                     Secara ilmiah, ikan lele termasuk ikan karnivora, yaitu cenderung memakan daging. Namun, ikan lele dapat berubah menjadi omnivora atau ikan yang memakan segala jenis makanan. Ikan lele bersifat nokturnal (aktif mencari makan pada malam hari) atau lebih menyukai tempat yang gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan. Ikan lele dapat dikondisikan agar beradaptasi menjadi diurnal (aktif pada siang hari) (suryaningsih, 2014).
            Ikan lele adalah pemakan jasad hewani yaitu krustase kecil, larva serangga, cacing dan moluska. Ikan lele merupakan ikan yang termasuk dalam famili claridae memiliki bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernafasan tambahan yang bekerja apabila insang tidak dapat memperoleh kebutuhan oksigen pada bagian depan rongga insang yaitu arborescence  organ. Bagian depan badannya terdapat penampang melintang yang membulat, sedang bagian tengah dan belakang berbentuk pipih. Dalam usaha budidaya, ikan lele dapat beradaptasi menjadi sifat diurnal. Ikan lele termasuk dalam golongan ikan pemakan segala (omnivora) tetapi cenderung pemakan daging (karnivora). Sebagai alat bantu renang, lele memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu sirip punggung, sirip ekor, sirip dubur (Abdullatief, dkk., 2014).

Habitat Ikan Lele
            Habitat atau tempat tinggal ikan lele adalah air tawar. Air yang paling baik untuk pertumbbuhan lele adalah air sungai, air sumur, air tanah dan mata air. Namun lele juga dapat hidup dalam kondisi air yang rendah O2 seperti dalam lumpur atau air yang memiliki kadar oksigen yang rendah. Hal tersebut dapat dimungkinkan karena lele memiliki alat pernafasan tambahan yaitu arborecent. Alat tersebut memungkinkan lele mengambuil O2 langsung dari udara sehingga dapat hidup ditempat beroksigen rendah. Alat tersebut juga memungkinkan lele dumbo hidup di darat asalkan udara di sekitarnya memiliki kelembapan yang cukup. Salah satu sifat dari lele adalah suka  meloncat ke darat, terutama pada saat malam hari. Hal tersebut karena lele termasuk ikan nokturnal, yaitu hewan yang lebih aktif beraktivitas dan mencari makan pada malam hari. Sifat tersebut juga yang menyebabkan ikan lele lebih menyenangi tempat yang terlindung dari cahaya. Dilihat dari makanannya, lele termasuk ikan karnivora atau oemakan daging. Lele dumbo sangat agresif dalam memangsa makanan, karena apapun yang diberkan pasti lahapnya. Di alam bebas, lele melakukan perkawinan pada bulan Oktober sampai April, yakni saat musim hujan berlangsung. Pada musim hujan, air hujan menggenang. Kondisi tersebut merangsang lele untuk melakukann pemijahan (Madinawati, dkk., 2011).
            Habitat atau lingkungan hiduo ikan lele adalah semua perairan tawar, meliputi sungai dan aliran yang tidak terlalu deras atau perairan yang tenang, seperti waduk, danau, telaga, rawa dan genangan air seperti kolam. Ikan lele tahan hidup di perairan yang mengandung sedikit oksigen dan relativ tahan terhadap pencemaran bahan –bahan organik. Ikan lele dapat hidup normal yang memiliki kandungan oksigen terlaut 4 ppt dan aiir yang ideal, mempunyai kadar dioksoda kurang dari 2 ppt. Namun, pertumbuhan dan perkembangan ikan lele akan cepat dan sehat jika diperlihara dari sumber air yang cukup bersih, seperti sungai, mata air, saluran irigasi ataupun sumber air. Ikann lele dapat hidup baik di dataran rendah sampai dengan diperubukitan yang tidak terlalu tinggi, misalnya didaerah penggunungan dengan ketinggian diatas 700 meter. Ikan lele jarang menampakkan aktifitasnya pada siang hari dan lebih menyukai tempat-tempat yang gelap, agak dalam dan teduh. Hal ini bisa dimengerti karena lele adalah binatang nokturnal yang mempunyai kecenderungan beraktivitas dan mencari makan pada malam hari. Pada siang hari lele lebih suka berdiam atau berlindung di tempat-tempat gelap. Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20-300C, akan tetapi suhu optimum adalah 270C. Kandungan oksigen terlarut >3 ppm. pH 6.5-8 dan NH3 sebesar 0.03 ppm   (Kordi, 2010).


Karakteristik Ikan Lele
            Lele lokal (clarias batracus) atau yang sering disebut dengan “walking catfishísh” merupakan lele asli Indonesia. Dinamakan walking catfishísh  karena kemampuannya untuk berjajalan didaratan untuk mencari makanan atau lingkungan yang cocok. Lele ini berjalan dengan menggunakan sirip pektoral untuk menghambat tubuhnya dan berjalan menyerupai ular. Lele lokal memiliki tubuh yang pipih dibagian posterior. Rahang atas yang lebih menjorok. Ujung dari sirip pectoral mengeras menyerupai duri dan kasar dibagian sisi luar serta bergerigi dibagian ujung dalam. Duri atau sirip pektoral mengandung racun, dan memiliki panjang dua kali dari lebar tubuhnaya. Genital jantan panjang dan meruncing serta memiliki warna hitam ke abuan walaupun dalam keadaan stress disertai bintik putih.  Lele lokal dapat bertahan hidup dengan berpindah tempat selama tempat itu tetap menjaga lele dalam keadaan lembab dan basah seperti berindah dari kolam ke air stagnan, rawa, dll. Lele lokal memiliki panjang tubuh rata-rata 30 cm, lele lokal dapat mengkonsumsi ikan kecil, moluska, invertebrata lain (Ramadhani, 2012).
            Ikan lele hidup hampir disemua perairan air tawar, lele memiliki organ pernafasan tambahan yang memungkinkannya untuk mengambil oksigen dari udara, sehingga lele tahan hidup pada air dengan kondisi oksigen yang rendah. Alat pernafasan tambahan ini berbentuk seperti bunga berwarna kemerahan yang terletak dibagian atas lengkung insang ke dua dan ke empat. Lele jarang menampakan aktifitasnya pada siang hari hal ini dikarenakan lele merupakan ikan yang bersifat nokturnal yaitu ikan yang bersifat aktif pada malam hari. Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan, berdasarkan jenis pakannya lele digolongkan kedalam ikan karnivora. Selain itu lele juga bersifat kanibal (Ratnasari, 2014).
            Ikan lele miliki tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan mempunyai organ arborecent, yaitu alat yang membuat lele dapat hidup di lumpur atau air yang hanya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele bewarna kehitaman atau keabuan memiliki bentuk badan yang memanjah pipih ke bawah (despreset), berkepala pipih dan memiliki 4 pasang sungut yang memanjang sebagai alat perba. Ikan lele termasuk dalam golongan ikan pemakan segalanya (omnivora) tetapi cenderung pemakan daging (karnivora). Sebagai alat bantu renang, lele memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu, sirip ekor, sirip punggung dan sirip dubur (Abdullatief, dkk. 2014).
            Ikan lele termasuk hewan bertulang belakang yang mempunyai insang untuk bernafas. Badan berbentuk memanjang dan berkulit licin (tidak bersisik) sedangkan kepala berbentuk pipih berbatok kepala tulang keras, memiliki sungut
atau kumis sebanyak 4 pasang. Habitat ikan lele adalah semua perairan tawar. Mempunyai alat pernapasan tambahan yang memungkinkan ikan lele mengambil oksigen langsung dari udara. Karena itulah ikan lele tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele bersifat nokturnal yaitu hewan yang aktif di malam hari atau menyukai tempat yang gelap. Ikan lele bersifat karnivora atau pemakan daging, ikan lele juga makan sisa-sisa tumbuhan yang membusuk (Wibowo, 2011).
            Lele memiliki lambung yang berukuran relatif besar dan panjang. Besarnya ukuran lambung ikan berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Lambung memiliki tiga jenis bentuk yaitu berbentuk memanjang, berbentuk sifon dan lambung kaeka. Usus merupakan segmen terpanjang pada saluran pencernaan. Pada usus terdapat muara dari kantung empedu dan pankreas serta pada lapisan mukosa usus terdapat tonjolan-tonjolan. Bentuk sel yang umum ditemukan pada epitelum usus adalah enterosit dan mukosit. Sel enterosit pada epitelum usus berperan dalam penyerapan makanan. Sementara sel mukosit pada epitelum usus berbentuk seperti piala, yang mengandung mucigen sebagai hasil sintesis sel. Mucigen akan berubah menjadi lendir jika sudah dilepaskan dan bereaksi dengan air (Ratnasari, 2014).

Sistem Pencernaan
            Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esophagus, lambung dan usus. Namun demikian struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makananya. Pada hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara fagotosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel. Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makananya (Pramesda, dkk., 2011).          
            Pencernaan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus bermula setelah pengambilan makanan dan berakhir dengan pembuangan sisa makanan. Sistem pencernaan pada ikan lele (clarias batracus) dimulai dari mulut, rongga mulut, faring, esophagus, lambung pylorus, usus rectum dan anus. Struktur anatomi mulut ikan lele erat kaitannya dengan caranya mendapatkan makanan. Sungut terdapat disekitar mulut lele yang berperan sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan dan ini terdapat pada ikan yang aktif mencari makan ada malam hari (nokturnal). Rongga mulut ikan lele diselaputi oleh sel sel penghasil lendir yang mempermudah jalannya makanan ke segmen berikutnya. Rongga mulut ikan lele juga terdapat organ pengecap yang berfungsi untuk menyeleksi makanan. Faring pada ikan berfungsi unruk menyaring makanan yang masuk, karena insang mengarah pada faring maka material bukan makanan akan dibuang melalui celah insang (Atang, 2016).
            Saluran penceraan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris) yang termasuk zona ingresif. Di dalam rongga mulut ikan terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan, serta banyak mengandung lendir tetapi tidak menghasilkan ludah. Glandula mukosa atau kelenjar lendir berfungsi untuk mempermudah jalannya makanan. Peninggian dasar mulut pun terjadi, yaitu diantara mandibularos dan arcus hyoideus, dilengkapi selaput lendir, disokong rangka hyobranchial tidak dapat bergerak/ gerak terbatas, tanpa kelenjar. Terdapat organ pengecap yang sering menyelimuti lidah yang berfungsi sebagai penyeleksi makanan. Pada rongga mulut pisces juga terdapat organ palatin yang terletak pada langit-langit bagian belakang, dan merupakan penebalan dari lapisan mukosa. Langit-langit (palatum) tidak ada hubungannya dengan rongga mulut dan rongga hidung. Organ ini terdiri dari lapisan otot dan serat kolagen dan berfungsi sebagai proses penelanan makanan dan membantu membuang kelebihan air pada makanan yang dimakan (Pramesda, dkk., 2011).
            Saluran pencernaan terdiri atas saluran muskula membranosa yang terbentang dari mulut sampai ke anus. fungsi dari sistem pencernaan adalah memeasukkan makanan, menggiling makanan, mencerna dan menyerap makanan serta mengeluarkan buangannya yang berwujud zat padat. Sistem pencernaan mengubah zat- zat hara yang terdapat dalam makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana hingga dapat diserap dan digunakan menjadi energi, membangun senyawa-senyawa yang lain untuk kepentingan metabolisme (Murti, 2003).
 Pada hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang dilakukann secara ekstrasel. Saluran pencernaan terbentang dari bibir sampai dengan anus. Bagian-bagian utamanya terdiri dari mulut, hulu kerongkongan, kerongkongan, lambung, usus kecil dan usus besar. Panjang dan rumutnya saluran tersebut sangat bervariasi diantara spesies. Pada karnivora relatif pendek dan sederhana akan tetapi pada herbivora adalah lebih panjang dan lebih rumit (Pramesda, dkk., 2011).
Pakan yang dimakan ikan lele akan melewati suatu sistem pencernaan. Pakan tersebut disederhanakan melaui mekanisme fisik dan kimiawi menjadi bahan yang mudah diserap, kemudian diedarkan ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran fisik kimiawi menajdi bahan yang mudah diserap, kemudian diedarkan keseluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Pakan lele akan dicerna dalam saluran pencernaan. Saluran pencernaanya terdiri dari mulut, rongga mulut, esofaggus, lambung , usus dan dubur. Usus yang dimiliki ikan lele lebih pendek dari panjang badannya. Hal ini merupakan ciri khas jenis ikan karnivora. Sementara itu, lambungnya relativ lebih besar dan panjang (Mahyudin, 2008).
 Pada umumnya herbivora lambungnya relative lebih sederhana dan dapat disamakan dengan lambung karnivora sedangkan usus bersarnya, terutama sekum lebih luas dan rumit dari yang dipunyai oleh karnivora. Sebaliknya pada herbivora lain lambungnya (sistem berlambung majemuk) adalah besar dan rumit, sedangkan usus besarnya panjang akan tetapi kurang berfungsi. Proses pencernaan makanan dipercepat oleh sekresi kelenjar pencernaan. Adapun kelenjar pencernaan ikan lele terdiri dari hatii dan kantong empedu. Lambung dan oleh kelenjar pencernaan. Adapun kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan kantong empedu. Lambung dan usus juga dapat berfungsi sebagai kelenjar pencernaan (Pramesda, dkk., 2011).
 Pencernaana bahan  makanan secara fisik/ mekanik dimulai dari bagian rongga mulut, yaitu dengan berperannya gigi dalam proses pemotongan dan penggerusan makanan. Selanjutnya, bahan makanan dicerna di lambung dan usu dengan adanya gerakkan/ konstraksi otot. Pencernaan secara fisik/ mekanik pada segmen ini terjdadi secara efektif karena adanya aktivitas cair digestif. Proses pemcernaan makanan dipercepat oleh sekresi kelenjar pencernaan. Adapun kelenjar pencernaan ikan lele terdiri dari hati dan kantong empedu. Lambung dan oleh sekresi kelenjar pencernaan. Adapaun kelenjar pencernaan ikan terdiri dari hati dann kantong empedu. Lambung dan usus juga dapat berfungsi sebagai kelenjar pencernaan. Kelenjar pencernaan ini menghasilkan enzim pencernaan yang berguna dalam membantu proses penghancuran makanan. Kelenjar pencernaan pada ikan karnivora (ikan lele) menghasilkan enzim-enzim pemecah protein (Mahyudin, 2008).
Lambung pada ikan memiliki dua fungsi, selain sebagai penampung makanan, lambung juga sebagai pencerna makanan. Pada ikan yang tidak berlambung, fungsi penampung makanan digantikan oleh usus depan yang dimodifikasi menjadi kantong yang membesar atau sering disebut lambung palsu. Seluruh permukaan lambung ditutupi oleh sel mucus yang mengandung mukopolisakarida yang agak asam dan berfungsi sebagai pelindung dinding lambung dari kerja asam klorida. Pada lambung juga mempunyai sel-sel penghasil mensekresikan peptin dan asam klorida. Lambung pada umumnya membesar, tidak jelas bidang penyerapan makanan. Bentuknya bervariasi, ada yang berbentuk lurus atau huruf J. Pylorus jauh lebih kecil dari pada cadianya. Didalam lambung terjadi proses pencernaan protein, lemak dan karbohidrat             (Pramesda, dkk., 2011).
Bagian bagian sistem pencernaan terdiri atas mulut, faring, esophagus, perut, usus halus, usus besar serta grandula aksesori yang terdiri dari hati saliva dan pankreas. Mulut adalah alat pengambil dan pengunyah makanan. Faring merupakan saluran umum , baik untuk lewatnya makanan ataupun udara, dilapisi oleh membran mukosa, dan dikelilingi oleh otot-otot. Esophagus berfungsi sebagai jalan makanan menuju perut besar atau lambung, sedang makanan boleh jadi tidak mengalami perubahan sepanjang esophagus. Lambung terletak persis dibelakang sebelah kiri daripada diafragma. Lambung berfungsi sebagai tempat penumpukan dan penyimpanan (Murti, 2003). 
Ikan telah lama mencerna makanannya makananya, maka keadaan lambung pada saat itu dalam keadaan yang kosong kembali, ikan yang sudah menerima asupan pakan kembali, ikan yang sudah menerima asupakan pakan kembali. Pada ikan yang dicerna berasal dari pakan yang nabati, maka laju pengosongan ikan akan tergantung pada seberapa besar ikan tersebut memakan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pakan yang mengandung bahan ekstrak dari tumbuh-tumbuhan mengandung selulosa sehingga ikan susah mencerna dan pakan yang berasal dari pakan hewani, proses mencernanya akan lebih mudah (Suyaningsih, 2014).
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari jumat tanggal 26 Mei 2017 pukul 16.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Terpadu, Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah milimeter blok digunakan untuk mengukur panjang dan lebar ikan yang diamati. Serbet digunakan untuk membersihkan alat yang digunakan saat praktikum. Wadah digunakan sebagai tempat menampung ikan. Pisau digunakan untuk memotong atau membelah bagian ikan. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan ikan.
            Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan digunakann sebagai objek uji praktikum. Tissue gulung dan handwash digunakan untuk membersihkan tangan setelah memegang ikan.

Prosedur Kerja
            Prosedur kerja dalam melaksanakan praktikum iktiologi adalah
1.        Siapkan alat dan bahan praktikum.
2.        Ukurlah panjang dan lebar ikan dengan menggunakan mili meter blok.
3.        Timbanglah berat badan ikan dengan menggunakan timbangan.
4.        Sayat bagian anus hingga ke pangkal mulut.
5.        Gunting bagian perut ikann agar lebih mudah untuk melihat bagian dalamnya.
6.        Kelaurkan bagian usus, hati dan saluran pencernaannya.
7.        Kemudian ukur panjang dari usus dan saluran pencernaan.
8.        Ambil gambar sebagai bahan dokumentasi.
9.        Catat hasil identifikasi.
10.    Buatlah hasil laporan praktikum.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
            Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:








 











Gambar 1. Hasil identifikasi ikan lele (clarias batracus)








 






\
          Gambar 2. Usus                                                                Gambar 3. Lambung                











 







           Gambar 4. Empedu                                                       Gambar 5. Hati


 





                                                                                        

           Gambar 5. Gigi           

Klasifikasi ikan lele (clarias batracus) menurut saanin (1968) adalah sebagai berikut:
Kingdom                     :Animalia
Filum                           :Chordata
Class                            :Pisces
Ordo                            :Teleostei
Famili                          :Claridae
Genus                          :Clarias
Spesies                        :Clarias batracus



Hasil Identifikasi
Hasil identifikasi sistem pencernaan pada ikan lele (clarias batracus) adalah sebagai berikut:
Panjang Total              :28,5 cm
Panjang Standar          :25 cm
Berat                           :133 gr
Panjang Usus              :30 cm
Lambung                     :Ada
Bentuk Gigi                :Villiform
Hati                             :Ada
Bentuk                                    :Oval
Warna                          :Merah Kecokelatan
Empedu                       :Ada
Bentuk                                    :Oval
Warna                          :Hijau
Golongan                    :Omnivora

Pembahasan
            Dari hasil praktikum ini dapat kita ketahui bahwa ikan lele merupakan jenis ikan air tawar yang mudah ditemukan dimana saja. Hal ini sesuai dengan literatur Lisna dan Insulitiyowati (2015) yang menyatakan bahwa ikan lele merupakan jenis ikan air tawar yang mudah ditemui dimana saja. Ikan lele merupakan jenis ikan yang mudah hidup, tahan dari segala cuaca bahkan di air yang kotor dan berlumpur pun ikan lele mampu bertahan. Usaha pengembangan ikan lele di Indonesia semakin meningkat. Ikan ini dijadikan komuditas yang diunggulkan karena dapat dibudidayakan di lahan yang terbatas dengan padat terbar yang tinggi, dan nilai jual yang cukup tinggi.
            Sistem pencernaan pada ikan terdiri atas saluran muskula, membranosa yang terbantang dari mulut sampai ke anus. Hal ini sesuai dengan literatur Murti (2013) yang menyatakan bahwa saluran pencernaan terdiri atas saluran muskula membranosa yang terbentang dari mulut sampai ke anus. fungsi dari sistem pencernaan adalah memeasukkan makanan, menggiling makanan, mencerna dan menyerap makanan serta mengeluarkan buangannya yang berwujud zat padat.
Ikan lele (clarias batracus) mempunyai bentuk tubuh yang memanjang berbadan pipih dan memiliki sungut disekitar mulutnya. Hal ini sesuai dengan literatur Iqbal (2011) yang menyatakan bahwa ikan lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan mempunyai organ arborecent, yaitu alat yang membuat lele dapat hidup di lumpur atau air yang mengandung sedikit oksigen. Ikan lele bewarna kehitaman atau keabuan memiliki bentuk badan yang memanjang pipih kebawah (depreset), berkepala pipih dan memiliki 4 pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba. Ikan lele mempunyai jumlah sirip pungung D.68-79, sirip dada P.9-10, sirip perut V.5-6, sirip anal A.50-60 dan jumlah sungut sebanyak 4 pasang, 1 pasang diantaranya lebih panjang dan besar, sirip dada dilengkapi duri panjang dan patil yang memiliki panjang maksimum mencapai 400mm terutama pada ikan lele dewasa. Sedangkan pada ikan lele yang tua sudah berkurang racunnya. Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan antara panjang baku dan panjang kepala 1:3-4. Ukurannya matanya sekitar 1/8 panjang kepala giginya berbentuk villiform dan menempel dirahangnya.
            Di dalam rongga mulut ikan lele terdapat organ pengecap dan faring ikan lele berfungsi untuk menyaring makanan yang masuk. Hal ini sesuai dengan  literatur Atang (2016) yang menyatakan bahwa Rongga mulut ikan lele juga terdapat organ pengecap yang berfungsi untuk menyeleksi makanan. Faring pada ikan berfungsi unruk menyaring makanan yang masuk, karena insang mengarah pada faring maka material bukan makanan akan dibuang melalui celah insang.
            Ikan lele adalah salah satu ikan yang termasuk ikan karnivora atau ikan pemakan daging. Hal ini sesuai dengan litaratur Suryaningsih (2014) yang menyatakan bahwa ikan lele (clarias batracus) merupakan salah satu jenis ikan air yang mudah beradaptasi dalam lingkungan perairan dangkal dan keruh dengan kadar oksigen rendah. Secar alamiah, ikan lele termasuk ikan karnivora, yaitu cenderung memakan daging. Namun, ikan lele dapat berubah menajadi omnivora atau ikan yang memakan segala jenis makanan. Ikan lele bersifat nokturnal (aktif mencari makan pada  malam hari) atau lebih menyukai tempat yang gelap. Di dalam, ikan memijah pada musim penghujan.
            Sistem pencernaan pada hewan umunya sama dengan manusia yang terdiri dari mulut, faring, esophagus, lambung dan usus. Hal ini sesuai dengan literatus pramesda (2011) yang menyatakan bahwa pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung dan usus. Pada hewan inbertebrata alat pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel. Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makananya.
            Usus pada ikan lele lebih pendek dari panjang tubuhnya dikarenakan merupakan ciri khas dari ikan karnivora. Hal ini sesuai dengan Mahyudin (2008) yang menyatakan pakan lele akan dicerna dalam saluran pencernaan. Saluran pencernaannya terdiri dari mulut, rongga mulut, esofagus, lambung, usus, dan dubur. Usus yang dimiliki ikan lele lebih pendek dari panjang badannya. Hal ini merupakan ciri khas jenis ikan karnivora. Sementara itu, lambungnya relatif besar dan panjang. Pencernaan bahan makanan secara fisik/ mekanik dimulai dari bagian rongga mulut, yaitu dengan berperannya gigi dalam proses pemotongan dan penggerussan makanan. Selanjutnya, bahan makanan dicerna di lambung dan usus dengan adanaya gerakkan/ kontraksi otot. Pencernaan secara fisik/ mekanik pada segmen ini terjadi secara efektif karena adanya aktivitas cair digestif. Proses pencernaan ikan lele terdiri dari hati dan kantong empedu. Lambung dan oleh sekresi kelenjar pencernaan. Adapun kelennjar pencernaan ikan terdiri dari hati dan kantong empedu. Lambung dan usus juga dapat berfungsi sebagai kelenjar pencernaan. Kelenjar penceraan ini menghasilkan enzim pencerna yang berguna dalam membantu proses penghancuran makanan. Kelenjar pencernaan pada ikan karnivora (ikan lele) menghasilkan enzim-enzim pemecah protein.
            Didalam rongga mulut ikan lele diselaputi sel penghasil lendir untuk mempermudah masuknya makanan. Hal ini sesuai dengan Atang (2016) yang menyatakan bahwa Pencernaan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus bermula setelah pengambilan makanan dan berakhir dengan pembuangan sisa makanan. Sistem pencernaan pada ikan lele (clarias batracus) dimulai dari mulut, rongga mulut, faring, esophagus, lambung pylorus, usus rectum dan anus. Rongga mulut ikan lele diselaputi oleh sel sel penghasil lendir yang mempermudah jalannya makanan ke segmen berikutnya.
            Ukuran saluran pencernaan umumnya pada karnivora relatif pendek dan sederhana. Hal ini sesuai dengan litarur  Pramesda (2011) yang menyatakan Pada hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang dilakukann secaraekstrasel. Pada karnivora relatif pendek dan sederhana akan tetapi pada herbivora adalah lebih panjang dan lebih rumit.
            Ikan lele termasuk hewan karnivora yang memiliki usus  yang lebih pendek dari panjang badannya. Hal ini sesai dengan literatur Mahyudin (2008) yang menyatakan bahwa Pakan lele akan dicerna dalam saluran pencernaan. Saluran pencernaanya terdiri dari mulut, rongga mulut, esofaggus, lambung , usus dan dubur. Usus yang dimiliki ikan lele lebih pendek dari panjang badannya. Hal ini merupakan ciri khas jenis ikan karnivora. Sementara itu, lambungnya relativ lebih besar dan panjang. Pakan yang dimakan ikan lele akan melewati suatu sistem pencernaan. Pakan tersebut disederhanakan melaui mekanisme fisik dan kimiawi menjadi bahan yang mudah diserap, kemudian diedarkan ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran fisik kimiawi menajdi bahan yang mudah diserap, kemudian diedarkan keseluruh tubuh melalui sistem peredaran darah.
            Didalam mulut ikan lele terdapat banyak lendir dan tidak terdapat ludah, dan kelenjar lendir berfungsi untuk mempermudah masuknya makanan. Hal ini sesuai dengan Pramesda, dkk (2011) yang menyatakan Saluran penceraan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris) yang termasuk zona ingresif. Di dalam rongga mulut ikan terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan, serta banyak mengandung lendir tetapi tidak menghasilkan ludah. Glandula mukosa atau kelenjar lendir berfungsi untuk mempermudah jalannya makanan. Peninggian dasar mulut pun terjadi, yaitu diantara mandibularos dan arcus hyoideus, dilengkapi selaput lendir, disokong rangka hyobranchial tidak dapat bergerak/ gerak terbatas, tanpa kelenjar. Terdapat organ pengecap yang sering menyelimuti lidah yang berfungsi sebagai penyeleksi makanan. Pada rongga mulut pisces juga terdapat organ palatin yang terletak pada langit-langit bagian belakang, dan merupakan penebalan dari lapisan mukosa. Langit-langit (palatum) tidak ada hubungannya dengan rongga mulut dan rongga hidung. Di dalam rongga mulut ikan terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan, serta banyak mengandung lendir tetapi tidak menghasilkan ludah. Glandula mukosa atau kelenjar lendir berfungsi untuk mempermudah jalannya makanan. Peninggian dasar mulut pun terjadi, yaitu diantara mandibularos dan arcus hyoideus, dilengkapi selaput lendir, disokong rangka hyobranchial tidak dapat bergerak/ gerak terbatas, tanpa kelenjar. Terdapat organ pengecap yang sering menyelimuti lidah yang berfungsi sebagai penyeleksi makanan.
            Kelenjar pencernaan pada ikan terdiri dari hati dan kantung empedu. Hal ini sesuai dengan literatur Mahyudinn (2008) yang menyatakan bahwa Adapun kelenjar pencernaan ikan lele terdiri dari hati dan kantong empedu. Lambung dan oleh sekresi kelenjar pencernaan. Adapaun kelenjar pencernaan ikan terdiri dari hati dann kantong empedu. Lambung dan usus juga dapat berfungsi sebagai kelenjar pencernaan. Kelenjar pencernaan ini menghasilkan enzim pencernaan yang berguna dalam membantu proses penghancuran makanan. Kelenjar pencernaan pada ikan karnivora (ikan lele) menghasilkan enzim-enzim pemecah protein. Pencernaana bahan  makanan secara fisik/ mekanik dimulai dari bagian rongga mulut, yaitu dengan berperannya gigi dalam proses pemotongan dan penggerusan makanan. Selanjutnya, bahan makanan dicerna di lambung dan usu dengan adanya gerakkan/ konstraksi otot. Pencernaan secara fisik/ mekanik pada segmen ini terjdadi secara efektif karena adanya aktivitas cair digestif.
            Kelenjar pencernaan ikan lele terdiri dari hati dan kantung empedu. Hal ini sesuai dengan Kordi (2010) yang menyatakan bahwa proses pencernaan makanan di percepat oleh sekresi kelenjar pencernaan. Kelenjar pencernaan ikan lele terdiri dari hati dan kantung empedu. Lambung dan usus juga berfungsi sebagai kelenjar pencernaan. Kelenjar pencernaan ini menghasilkan menghasilkan enzim pencernaan yang berguna dalam membantu proses penghancuran makanan. Kelenjar pencernaan pada ikan karnivora (ikan lele) menghasilkann enzim-enzim pemecah protein.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Karakteristik ikan lele adalah  miliki tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan mempunyai organ arborecent, yaitu alat yang membuat lele dapat hidup di lumpur atau air yang hanya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele bewarna kehitaman atau keabuan memiliki bentuk badan yang memanjah pipih ke bawah (despreset), berkepala pipih dan memiliki 4 pasang sungut yang memanjang sebagai alat perba. Ikan lele termasuk dalam golongan ikan pemakan segalanya (omnivora) tetapi cenderung pemakan daging (karnivora). Sebagai alat bantu renang, lele memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu, sirip ekor, sirip punggung dan sirip dubur
2.    Sistem pencernaan pada ikan lele (clarias batracus) dimulai dari mulut, rongga mulut, faring, oesophagus, lambung pylorus usus, rectum dan anus. Struktur anatomi mulut ikan lele erat kaitannya dengan caranya mendapatkan makanan. Sungut terdpat disekitat mulut lele yang berperan sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan dan ini terdapat pada ikan yang berperan aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal). Rongga mulut pada ikan lele diselaputi oleh sel-sel penghasil lendir yang mempermudah jalannya makanan ke segmen berikutnya
3.    Fungsi saluran pencernaan untuk memberi tubuh dengan nutrisi, untuk tumbuh dan mempertahankan diri dan menghilangkan racun dari tubuh ikan lele.


Saran
            Saran untuk praktikum ini adalah agar sebelum praktikum berlangsung mahasiswa mempersiapkan alat dan bahan praktikum  dan saat praktikum berlangsung diharapkan kepada seluruh mahasiswa yang mengikuti praktikum di Laboratorium iktiologi agar lebih kondusif dan tertib serta diharapkan agar dilengkapi peralatan yang ada di Laboratorium ikitogi.



DAFTAR PUSTAKA
Abdullatief, Z. Maulana, R. Rahmawati, N. R. Maulidza, A. Yusuf, A. 2014. Clarias booster: Aplikasi Artifical Growth Stimulant (AGS)  Pada Benih Ikan Lele (claraias Sp.) Untuk Mempercepat Waktu Panen. Institut Pertanian Bogor.

Atang. 2016. Sistem Pencernaan dan Pernafasan Pada Ikan Lele (clarias batracus). Fakultas Biologi. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerta.

Fitrah, S. S. Irma, D dan Thaib,R. 2016. Identifikasi Jenis Ikan di Perairan Laguna Gampoeng Pulot Kecamatan Leupang Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1 (1) : 68-81. Universitas Syah Kuala, Aceh.

Iqbal, M. 2011. Kelangsungan Hidup Ikan Lele (clarias batracus) Pada Budidaya Intensif Sistem Heterotrofik. [Skripsi]. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, jakarta.

Kordi, M. G. H. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal Lebih Mudah, Lebih Murah Lebih Untung. Lily Publisher. Yogyakarta.

Lingga, N dan Kurniawan,   N. 2013.    Pengaruh    Pemberian   Variasi     Makanan Terhadap   Pertumbuhan   Ikan   Lele   (Clarias batracus).   Jurnal   Biotropika.   1   (3) :  114-120.  Universitas Brawijaya, Malang.

Lisnawati, Insulistyowati. 2015. Potensi Mikroba Probiotik Fm Dalam Meningkatkan Kualitas Air Kolam dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. 17 (2). ISSN: 0852-8349.

Madinawati. Serdiati, N dan Yoel. 2011. Pemberian Pakan Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Keberlangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo (clarias gariepinus). Jurnal Media Litbeng Sulteng. 4 (2) : 83-87.

Mahyudin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.

Murti, A. 2003. Studi Anatomi Organ-organ Pencernaan (Digesti) Kuskus Bertotol (spilocuscus maculatus). Universitas Negeri Papua.

Pramesda, D. A. Monika, E. Bayu, A. N dan Yanuar, A. P. 2011. Sistem Pencernaan. Jurusan Biologi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Pratiwi, D. R. 2014. Aplikasi Effective Mikroorganisme 10 (EM10) Untuk Pertumbuhan Ikan Lee Sangkuriang (clarias gariepinus var sangkuriang) di Dalam Kolam Budidaya Ikan Lele Jombang, Tanggerang. [Skripsi]. Fakultas Sains Dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Jakarta.

Pratiwi, D. R. 2014. Aplikasi Effektive Mikroorganism (EM10) Untuk Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var sangkuriang) Di Kolam Budidaya Ikan Lele Jombang, Tanggerang. [Skripsi]. Fakultas Sains Dan Teknologi. Universitas Islam Syarief Hidayatullah, Jakarta.
Putra, D. A. 2014. Ramjet Ventilation, Perubahan Struktur Morfologi dan Gambaran Mikroanatomi Insang Lele (Clarias batracus) Akibat Paparan Limbah Cair Pewarna Batik. [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang.

Ramadhani, D. 2012. Ciri Morfometrik Ikan Lele Dan Kebiasaan Hidup Serta Keagresifan di Malam Hari. [Skripsi]. Fakultas Biologi. Universitas Hasanuddin, Makasar.

Ratnasari, D., 2014. Teknik Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Biotech Argo, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga. Surabaya.

Sari, L. J. Riski, S. Eka, P. S dan Lia, I. 2010. Fisiologi Sistem Pencernaan Pada Vertebrata (Ikan, Katak, Tokek, Ayamn, Mencit Dan Saliva Manusia). Jurusan Matematika dan Ilmu Alam.
Suryaningsih, S. 2014. Biologi Ikan Lele. Fakultas Biologi. Kementerian Pendidikan Nasional. Universitas Jenderal Soedierman, Purwokerto.

Wibowo, A., 2011. Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yulinda, K., 2012. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor Untuk Akselerasi Kawasan Minapolitan Berbasis Budidaya Ikan Lele di Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Program Studi Ilmu Administrasi Fiskal. Universitas Indonesia. Depok.
 


      

Komentar

Postingan Populer