Laporan praktikum avertebrata air filum arthropoda artemia spp
Laporan Praktikum
Avertebrata Air
FILUM ARTHROPODA Artemia Spp
Oleh :
Rizky Yonanda Lubis
160302062
XI/B

LABORATORIUM AVERTEBRATA
AIR
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penyusun sampaikan
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada penysusn sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Laboratorium Avertebrata Air yang berjudul “Artemi Spp.” ini dengan sebaik mungkin.
Penyusun juga mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Ipanna Enggar Susetya S.Kel, M.Si dan Ibu Amanatul
Fadilah S.Pi, M sebagai dosen penanggung jawab mata kuliah dan Laboratorium
Avertebrata Air.. Selain itu penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh asisten Laboratrium Avertebrata Air yang telah
membantu penyusun dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Penyusun juga
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan makalah yang
selanjutnya. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah
ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, November 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR...................................................................... i
DAFTAR
ISI ............................................................................................. ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................... 1
Tujuan Praktikum................................................................................ 3
Manfaat Praktikum............................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi Artemia Spp ......................................................................... 4
Morfologi Artemia Spp....................................................................... 5
Cara makan Artemia Spp ................................................................... 6
Reproduksi Artemia
Spp..................................................................... 6
Habitat Artemia
Spp........................................................................... 7
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................ 8
Saran................................................................................................... 8
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pakan
merupakan faktor yang memegang peranan sangat penting dan menentukan dalam
keberhasilan usaha perikanan dan ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor
utama untuk menghasilkan produksi maksimal. Syarat pakan yang baik adalah
mempunyai nilai gizi yang tinggi, mudah diperoleh, m’=udah diolah, mudah
dicerna, harga relatif murah, tidak mengandung racun. Jenis pakan disesuaikan
dengan bukaan mulut ikan, dimana semakin kecil bukaan mulut ikan maka semakin
kecil ukuran pakan yang diberikan, dan juga disesuaikan dengan umurikan (Arief
dkk., 2009).
Pakan alami menjadi kebutuhan pokok
dalam budidaya hewan laut baik ikan dan udang. Pakan alami dijadikan sebagai
sumber energi yang dapat meningkatkan pertumbuhan, kelangsungan hidup,
ketahanan stress larva dan postlarva udang. Pakan alami tersebut adalah
fitoplankton dan zooplankton.Artemia merupakan
jenis zooplankton dari anggota Crustacea yang dijadikan sebagai pakan alami
terbaik untuk lebih dari 85% species hewan budidaya. Hewan ini mempunyai nilai
gizi tinggi, dapat menetas dengan cepat, ukurannya relatif kecil dan pergerakan
lambat serta dapat hidup pada kepadatan tinggi
Plankton
merupakan organisme yang hidup melayang atau mengapung di dalam air. Kemampuan
geraknya kalaupun ada sangat terbatashingga organisme tersebut selalu terbawa
arus.Berdasarkan daur hidupnya, plankton terbagi dalam dua golongan yaitu
holoplankton yang merupakan organisme akuatik dimana seluruh hidupnya bersifat
sebagai plankton, golongan ke dua yaitu meroplankton yang hanya sebagian dari
daur hidupnya bersifat sebagai plankton.Menurut ukurannya,plankton dibagi ke
dalam beberapa kelompok, yaitu makroplankton (lebih besar dari 1 mm),
mikroplankton (0,06-1mm) dan nanoplankton (kurang dari 0,06mm) meliputi beberapa
jenis fitoplankton. Diperkirakan 70% dari semua fitoplankton di laut terdiri
dari nanoplankton dan inilah yang memungkinkan terdapatnya zooplankton sebagai
konsumenprimer. Plankton secara langsung maupun tidak langsung merupakan faktoryang
begitu penting bagi kehidupan ikan dan segala macam biota yang hidup di dalam
air, baik itu air tawar, payau maupun air laut, karena plankton khususnya phytoplankton
merupakan primary producer atau organisme penghasil makanan yang pertama dalam
siklus rantai makanan,plankton dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut yang bebasmelayang dan hanyut dalam
lautserta mampu berfotosintesisdan zooplankton ialah hewan-hewan laut yang
planktonik (Agustini dan Madyowati, 2014).
Crustacea termasuk kedalam filum
Arthropoda seperti Insekta, laba-laba, kalajengking, milipedes dan centipedes.
Crustacea memiliki karateristik adanya kalsium karbonat yang keras yang
menjadi penyusun skeleton eksternal,
segmen tubuh dan persatuan lengannya. Eksternal chitinous skeleton pada
setengah segmen anterior sering kali bersatu dengan bagian karapaks yang
menjadi tempat keluarnya rostrum. Tubuh Crustacea dibagi menjadi tiga
bagianyaitu kepala, thorax, dan abdomen, terkadang masing-masing bagian
tersebut bersatu membentuk cephalothorax. Kepala biasanya terdiri dari empat sigmen yang
bersatu, pada bagian Kepala memiliki dua pasang sensor (antena dan antenula)
dan tiga pasang alat makan (mandibula, maksilula, dan maksila); kepala biasanya
memiliki struktur tersendiri meliputi; rostrum, mata, labrum dan labrium,
epistom serta sepasang maksiliped. Thorax dan abdomen memiliki sepasang
apendiks yang digunakan untuk berjalan, memanjat, atau berenang (Asian, 2008).
Artemia salina merupakan organisme
yangbtelah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi energi bagi berbagai larva udang
maupun ikan di balai pembenihan ikan dan/atau udang. Naupli artemia dapat diperoleh dengan dua cara
yaitu langsung dari telur menetas yang keluar dari induk, maupun dari telur
dorman (kista) yang ditetaskan. Artemia
mem-butuhkan pakan sebagai sumber energi dengan kandungan gizi (protein,
karbohidrat, lemak, dan lain-lain) yang memenuhi untuk partumbuhan dan
kelangsungan hidupnya. Secara bioenergetika, energi yang masuk ke dalam tubuh artemia akan digunakan untuk maintenance
(pe-meliharaan dan/atau metabolisme), hilang (lost),dan sisanya digunakan untuk
pertumbuhan atau reproduksi (Djokostetiyanto, 2007).
Pakan
yang digunakan dalam pemeliharaan Artemia sp. adalah silase ikan. Silase
ikan diperoleh dari hasil olahan ikan rucah yaitu ikan Munir (Upeneus
mollucclensis) yang diperoleh dari Pendaratan dan Pelelangan ikan Ujung
Batu Jepara. Wadah yang digunakan sebanyak 12 buah berupa ember plastik
berbentuk conical dengan kapasitas air 25 liter, diisi air masing-masing 20
liter. Silase ikan juga mempunyai nilai nutrisi yang tinggi, baik itu protein
(47,58 %) maupun lemak (18,56 %). Pembuatan silase ikan tidak membutuhkan biaya
yang banyak, peralatan yang digunakan sederhana, dan tidak tergantung pada
keadaan cuaca sehingga kontinuitas penyediaan silase ikan sebagai pakan Artemia
sp. dapat terpenuhi. Silase ikan harganya murah, pembuatanya mudah dilakukan,
tahan lama, tidak terpengaruh cuaca serta mengurangi masalah pencemaran
lingkungan hidup yang biasanya terjadi di berbagai tempat kegiatan perikanan.
Berdasarkan uraian tersebut maka peluang keberhasilan budidaya Artemia sp.
dengan pemberian silase ikan sangat memungkinkan sehingga perlu dilakukan suatu
penelitian tentang pemanfaatan berbagai dosis silase ikan sebagai pakan dalam
usaha budidaya Artemia sp. untuk meningkatkan pertumbuhan yang optimal
(Djunaidi, 2015).
Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengethui
morfologi artemia.
2.
Untuk mengetahui cara makan
artemia.
3.
Untuk mengetahui
habitat artemia.
Manfaat Praktikum
Manfaat
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui morfologi dan anatomi Artemia sehingga dapat bermanfaat bagi
pihak yang mebutuhkannya khususnya kepada penulis.

Defenisi Artemia
Artemia salina
merupakan avertebrata yang telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
energi bagi berbagai larva udang maupun ikan. Artemia merupakan pakan alami yang lebih disukai oleh teknisi
pembenihan karena memiliki beberapa manfaat dan kelebihan antara lain mudah
beradaptasi dalam kisaran lingkungan yang luas, mempunyai kandungan nutrisi
yang dibutuhkan, dapat diperkaya (enrichment) sebelum diguna-kan sebagai pakan,
mudah dimangsa dan dicerna karena
berenang lambat dan berkulit lunak. Kelebihan lainnya adalah dalam siklus
hidupnya, artemia dapat membentuk
kista yang praktis disimpan dan didistribusikan (Jubaeedah dkk., 2006).
Jenis pakan hidup yang
sangat disukai oleh ikan dan krustasea dan sering diberikan pada awal kehidupan
ikan di balai-balai pembenihan adalah Artemia sp. Nauplius artemia mengandung berbagai macam
nutrisi yang diperlukan untuk kehidupan dan pertumbuhan serta perkembangan
larva ikan komet antara lain, protein 40 - 50 %, karbohidrat 15 - 20 %, dan
lemak 15 – 20 %.Walaupun nilai nutrisi protein tinggi namun dirasakan masih
belum lengkap dan sempurna dalam pemenuhan gizi artemia sebagai makanan larva ikan komet untuk meningkatkan
pertumbuhan dan kelulushidupannya karena masih berukuran nauplius. Selain itu,
Watanabe dan Kiron (1994)menyatakan bahwa Artemia sp memiliki sifat non
selective filter feeder yaitu, mengambil semuamakanan yang ada
disekelilingnya tanpa seleksi, akan tetapi memiliki kandungan asam lemak
essensial yang rendah sehingga perlu dilakukan penambahan. Oleh sebab itu,
untuk meningkatkan kadar nutrisi yang dibutuhkan oleh larva ikan komet, pada
penelitian ini nauplius artemia yang
baru menetas sebelum diberikan kepada larva ikan komet perlu ditambahkan bahan
pengkayaan berupa vitamin (B dan C) dan campuran SELCO (Self Emulsified
Lipid Concentrate) (Muliani dkk., 2016).
Artemia atau “brine shrimp” adalah sejenis
udang-udangan primitif. Artemia merupakan salah satu pakan alami bagi
larva udang dan ikan yang banyak digunakan di hatchery benih udang karena
Artemia banyak mengandung nutrisi terutama protein dan asam-asam amino
(Vos dan Rosa dalam Mintarso, 2007). Salah satu faktor pendukung dalam
keberhasilan usaha budidaya udang dan ikan adalah ketersediaan pakan, jumlah
dan ukuran yang tepat, sesuai stadia udang maupun ikan. Pemberian pakan yang
berkualitas dalam jumlah yang cukup akan memperkecil persentase larva yang
mati. Mintarso (2007) menyatakan, petani di Indonesia masih banyak menggunakan Artemia
impor, padahal kebutuhan Artemia tersebut diharapkan dapat
diproduksi sendiri di lahan tambak garam dengan beberapa alasan antara lain,
kualitas kista yang dihasilkan lebih baik karena kondisinya masih relatif segar
atau baru dan dapat meningkatkan pendanaan petani tambak garam serta Indonesia
memiliki lahan tambak garam yang cukup luas (Widiastuti dkk., 2012).
Morfologi artemia
Artemia
masuk golongan
udang-udang-an yang kecil ukurannya. Bentuk dewasanya mencapai ukuran 1 cm,
kurang lebih sama ukurannya dengan jambret (Mysidanceae). Hidup di perairan
yang kadar garamnya tinggi sekali, dimana hanya beberapa jenis bakte-ri serta
algae yang dapat bertahan hidup. Hewan ini makan plankton, detritus serta
butiran halus dalam air yang dapat masuk ke dalam mulutnya, jadi termasuk
"filter fee-der" Dalam kondisi kadar garam tinggi Artemia akan
menghasilkan kista yaitu telur yang diseliputi oleh selubung kuat un-tuk
melindungi embryo dari perubahan ling-kungan yang merugikan (Panggabean, 1984).
Kista artemia berbentuk bulat dan berwarna
cokelat. Diameternya bervariasi antara 224,7-267,0 mikrometer dan beratnya
rata-rata 1,885 mikrogram. Dalam keadaan kering, kista artemia dapat disimpan bertahun-tahun tanpa kehilangan daya
vigoritasnya atau kema mpuan untuk membentuk embrio. Secara anatomi, susunan
kista artemia terdiri atas dua
lapisan, yaitu karion dan selaput embrio. Bentuk artemia dewasa menyerupai udang kecil.Ukurannya hanya 10-20 mm,
bagian kepala berukuran lebih besar dan kemudian mengecil hingga ke bagian
ekor. Panjang ekor kurang lebih sepertiga dari total panjang tubuh.Dibagian
kepala terdapat sepasang mata dan sepasang antenula. Pada bagian tubuh terdapat
sebelas pasang kaki atau torakopoda.
Antara ekor dan pasangan kaki paling belakang terdapat sepasang alat kelamin, masing-masing
penis pada jantan dan ovarium pada betina. Individu artemia dewasa mencapai panjang antara 1-2 cm dan berat 10 mg, martemia menjadi dewasa setelah umur 14
hari dan dapat menghasilkan kista sebanyak 50-300 butir setiap 4-5 hari sekali.
Kista artemia beratnya 3,6 mikogram.
Saat menetas berat artemia hanya 15
mikogram dan panjangnya 0,4 mm. Umur maksimal artemia sekitar 6 bulan (Muharani dan Yusrin, 2010).
Cara Makan Artemia
Artemia salina.
merupakan zoo-plankton yang cara makannya adalah menyaring (filter feeder),
maka diperlukan makanan dengan ukuran partikel lebih kecil dari 60 mikron dan
selalu tersedia di air. Perhitungan sintasan dilakukan untuk mengetahui pada
konsentrasi berapa pemberian pakan yang efektif dan efisien. Perhitungan
sintasan didapat setelah sebelumnya Artemia
salina lokal diberi pakan berupa Skeletonema costatum selama 1 minggu, karena Artemia salina lokal tersebut untuk
digunakan Junda et al., Pengaruh Pemberian Skeletonema costatum 25 sebagai pakan
larva udang. Artemia salina digunakan
sebagai makanan juvenil udang, maka lama pemeliharaan sekitar ±7 hari (Junda dkk., 2015).
Reproduksi Artemia
Daur
hidup Artemia memerlukan waktu
sekitar 2 minggu. Kecepatan daur
hidup
Artemia dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu suhu dan salinitas (Cholik
dan
Daulay, 1985). Artemia tidak dapat
bertahan hidup pada suhu di bawah 6 0C
atau
di atas 35 0C). Suhu optimum untuk kehidupan Artemian berkisar antara 25-300C. namun kistanya mampubertahan pada
tempat kering dan tanpa udara. Toleransi artemia
terhadap goncangan salinitas antara 5-300‰. Hal inilahyang menyebabkan artemia tidak menpunyai musuh atau
pesaing makanan bilahidup pada kondisi salinitas tinggi. Salinitas sangat berpengaruh
terhadap cara reproduksi Artemia.
Reproduksi ovovivipar terjadi pada kondisi salinitas rendah, sebaliknya
reproduksi ovipar terjadi pada salinitas tinggi, yaitu di atas 150‰. Artemia pada kondisi salinitas dibawah
100 ppt untuk individu betina 73 jam dan individu jantan 56 jam,sedangkan pada
kondisi salinitas 150‰ untuk individu betina 156 jam dan individu jantan 152
jam (Hamdani dan Astuti, 2001).
Habitat Artemia
Artemia hidup
secara planktonik di perairan laut rlengan salinitas berkisar antara 15-300%0.
Keistimewaan Artemia adalah sifat toleransi yang sangat luas terhadap
kisaran salinitas (euryhaline). Pertumbuhan Artemia yang
baikmembutuhkan salinitas antara 30 sampai 50%0. Salinitas yang diperlukan agar
Artemia dapat menghasilkan kista cukup bervariasi, tergantung galurnya.
Selain kondisi sa linitas, Artemia juga dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan yang lain, seperti suhu, oksigen terlarut, pH, amonia, dan cahaya. Artemia
secara umum tumbuh dengan baik pada kisaransuhu 25-30 "c. Artemia termasuk hewan euroksibian, yaitu
hewan yang mempunyai kisaran taleransi yang lebar terhadap kandungan oksigen.
Kandungan oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan Artemia adalah di
atas 3,0 mgjl. Kandisi pH air juga mempengaruhi kehidupan artemia, yaitu 22.500 sel/ekor
(Kristianti dan Yusnita, 2009).
Faktor yang paling mempengaruhi
tingkat kelulushidupan larva Artemia
salina yaitu kualitas air pada media pemeliharaan dan kualitas pakan. Faktor
pertama yaitu kualitas air. Kualitas air yang baik pada media pemeliharaan akan
mendukung proses metabolisme dalam proses fisiologi. Faktor kedua adalah
kandungan nutrisi dari pakan yang dikonsumsi. Ketidaktersediaannya pakan pada
stadia awal dari Artemia salina akan mengakibatkan kematian. Hal ini disebabkan oleh
semakin besarnya stadia dan pertumbuhan Artemia
salinasehingga dibutuhkan pakan yang semakin banyak. Kandungan nutrisi dari
pakan sangat mempengaruhi tingkat kelulus-hidupan (Junda dkk., 2015)
Salinitas merupakan faktor
lingkungan yang sangat mempengaruhi proses
reproduksi dan kelangsungan hidup Artemia sp. Pada salinitas kurang dari 60 ppt dan kandungan oksigen
cukup, induk betina akan menghasilkan nauplius, dan jika kondisi perairan
memiliki salinitas lebih dari 100 ppt dan kandungan oksigen rendah maka induk
betina akan menghasilkan telur yang kemudian mengalami dehidrasi hingga
membentuk dormane dan menjadi kista (Ramadhon dkk., 2013).

Kesimpulan
Kesimpulan
dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Morfologi
Artemia adalah Kista artemia berbentuk bulat dan berwarna
cokelat. Diameternya bervariasi antara 224,7-267,0 mikrometer dan beratnya
rata-rata 1,885 mikrogram. Dalam keadaan kering, kista artemia dapat disimpan bertahun-tahun tanpa kehilangan daya
vigoritasnya atau kema mpuan untuk membentuk embrio.
2. Cara maakan Artemia salina. merupakan zoo-plankton
yang cara makannya adalah menyaring (filter feeder), maka diperlukan makanan
dengan ukuran partikel lebih kecil dari 60 mikron dan selalu tersedia di air.
3. Habitat
artemia adalah hidup pada salinitas
kurang dari 60 ppt dan kandungan oksigen cukup, induk betina akan menghasilkan nauplius,
dan jika kondisi perairan memiliki salinitas lebih dari 100 ppt
Saran
Saran untuk praktikum ini adalah agar praktikum dapat lebih kondusif dan
mempersiapkan diri sebelum mengikuti kegiatan praktikum, agar praktikum dapat
berjalan dengan baik. Serta prktikum dan asisten dapat menjalani hubungan
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustini,M
dan Madyowati, S. O. 2007. Identifikasi Dan Kelimpahan Plankton
Pada Budidaya Ikan Air Tawar Ramah Lingkungan. Jurnal Agronow. universitas Dr.
Soetomo, Surabaya.
Arief, M.
Triasih, I. Lokapirnasari, W. P. 2009. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Dan Pakan
Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Betutu (Oxyeleotris Marmorata Bleeker). Junral Ilmu Perikanan dan Kelautan.
Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga, Surabaya.
Asian, S. 2008. Struktur Komunitas Decapoda di
Perairan Kampung Bugis Keluruhan Kampung Bugis Kecamatan Tanjung Pinang Kota.
Jurusaan Manajemen Sumberdaya Perairan. Universitas Maritim Raja Ali
Haji,Tanjung Pinang.
Djokosetiyanto, D. Jubaedah, D. Soni, A, F.M. 2007.
Kualitas Penetasan Kista Artemia Yang
Dibudidaya Pada Berbagai Tingkat Perubahan Salinitas. Jurnal Ili-ilmu Perairan
dan Perikanan di Indonesia.
Djunaedi, A. 2015. Pertumbuhan Artemia,Sp dan Pemberian Ransum Pakan Buatan Berbeda. Jurnal
Kelautan Tropis. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro,
Semarang
Hamdani, H
dan Astuti, S. 2001. Pengaruh Salinitas Terhadap Laju Pertumbuhan Populasi Artemia SP. Fakulta Pertanian.
Universitas Padjajaran. Bandung
Jubaedah, D. Djokosetiyanto, D. Soni,A. F. 2006.
Jumlah dan Kualitas Kista Artemia
pada Berbagai Tingkat Perubahan Salinitas. Jurnal Perikanan.
Junda, M. Kurnia, N dan Mis’am, Y. 2015. Pengaruh
Pemberian Skletonema costatum Dengan Kepadatan Berbeda Terhadap Sintasan Atemia
salina. Jurnal Bionature. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Negeri Makassar, Makassar.
Kristianti,
M. Pratiwi, N. T. M.Yusnita, I. 2009. Pola Pertumbuhan Artemia Salina Pada Kondisi Lingkungan Terkontrol. Jurnal Prosiding
Seminar Nasional. Fakultas Biologi. Universitas Jendar Soedirman, Jakarta).
Muharani, E.
T dan Yusrin . 2010. Kadar Protein Kista Artemia
Curah yang di Jual Petambak Kota Kembang dengan Variasi Suhu Penyimpanan.
Jurnal Prosiding Seinar Nasional. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan.
Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang.
Muliani. Ayuzar, E. Rizal, M. 2016. Pengkayaan Artemia Sp dalam Larvikultur Ikan Komet
(Carassius auratus). Jurnal Berikala
Perikanan Terubuk.
Panggabean, M. G. L. Teknik Penetasan dan Pemanenan Artemia Salina. Jurnal Oseana.
Ramadhon, M.
A. Sulmartiwi, L. Masithah, E. D dan Mubarak, A. S. 2013. Pengaruh Perbedaan
Salinitas Pada Induk Artemia Sp.
Terhadap Jumlah Nauplii.
Sulistyowati,E.
B. Widiyani, T. Soni, A.F.M. 2007. Peningkatan kuantitas dan kualitas kista artemia francis setelah pemberian silase
ikan. Jurnal Bioteknoilogi. Fakultas Matematika dan Ilmu Alam. Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Widiastuti, R. Hutabarat, J. Herawati, V. E. 2012. Pengaruh
Pemberian pada Alami berbeda (
Skeletonema costatum dan chaetoceros
graculus) terhadap pertumbuhan
Biomass Mutlak dan Kandungan Nutrisi Artemia
Sp
Komentar
Posting Komentar