Limnologi Profil Suhu dan oksigen di perairan
Makalah Praktikum Limnologi
PROFIL SUHU DAN OKSIGEN DI PERAIRAN
Oleh:
Rizky Yonanda Lubis
160302062
IV/B

LABORATORIUM LIMNOLOGI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
SUMBERDAYAPERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Latar Belakang
Istilah
limnologi pertama kali digunakan oleh Forel (1901) di dalam bukunya yang
berjudul Handbuch der Seekunde,
Allgemeine Limnologie.Buku tersebut membahas tentang ekosistem danau.
Sebenarnya limnologi telah diperkenalkan lebih dulu oleh Zacharias (1891) yang
mendirikan laboratorium penelitian dibidang limnologi, Thienemaa kemudian
mengembangkannya dan memberi nama institusi tersebut Institut Max-Planck.Sejak
saat itu limnologi berkembang cukup pesat. Pada dekade 90-an limnologi menjadi
sebuah ilmu yang menyedot perhatian dunia, terutama disebabkan karenabesarnya
kebutuhan air bersih untuk kepentingan domestik, tetapi ketersediaan air bersih
di alam semakin menipis akibat berbagai aktifitas manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung (Henny dkk.,2012).
Danau merupakan
suatu badan air yang tergenang sepanjang tahun.Danau dapat terbentuk secara
alami maupun buatan.Secara alami terbentuk karena patahan kulit bumi (tektonik)
dan letusan gunung merapi (vulkanik). Danau yang terbentuk sebagai akibat gaya
vulkanik badan airnya mengandung bahan-bahan dari perut bumi seperti belerang
dan panas bumi.Perairan dikatakan bertipe danau, apabila perairan tersebut
dalam dan tepian curam.Air perairan danau umumnya jernih dan keberadaan
tumbuhan air terbatas hanya dibagian pinggir perairan (Fitra, 2003).
Di
perairan danau, oksigen lebih banyak dihasilkan oleh fotosintesis alga yang
banyak terdapat pada lapisan epilimnion.Pada perairan tergenang yang dangkal
dan banyak ditumbuhi tanaman air pada zona litoral, keberadaan oksigen lebih
banyak dihasilkan oleh aktivitas fotosintesis tumbuhan air. Kadar oksigen
maksimum 14 terjadi pada sore hari, sedangkan kadar minimum terjadi pada malam
hari menjelang pagi hari. Kadar oksigen terlarut pada perairan alami biasanya
kurang dari 10 mg/liter. Kadar oksigen larut dalam air didukung oleh adanya
tingkat kecerahan air yang optimal bagi cahaya matahari yang dapat masuk pada
kedalaman yang lebih dalam sehingga pada kedalaman perairan tersebut terjadi
proses fotosintesis dan akhirnya suplai oksigen di lokasi tersebut mencukupi
bagi proses kehidupan zooplankton (Setiawati, 2017).
Danau
dapat terbentuk dari berbagi macam penyebab melalui proses yang berbeda-beda.
Beberapa proses pembentukan danau yakni danau tektonik, danau vulkanik, danau
akibat longsor, aktivitas pergerakan es, dan danau buatan. Danau tektonik
adalah danau yang terbentuk karena pergerakan lapisan tanah dalam. Danau
vulkanik adalah danau yang terbentuk akibat aktivitas gunung api. Danau akibat
longsor disebabakan oleh pergerakan tanah ke lembah sehingga membentuk
bendungan, terbentuk danau dan sering berukuran sangat besar.Aktivitas es dapat
membentuk danau akibat pergerakan bongkahan es (Fitra, 2003).
Jenis-jenis
perairan yang ada di daratan dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan mengalir
(lotik) dan perairan tergenang (lentik).Perairan mengalir sangat dipengaruhi
arus air.Perairan yang tergenang sangat dipengaruhi oleh kedalamannya.Perairan
tergenang termasuk danau, rawa, situ, waduk, bendungan dan telaga.Perbedaannya
pada kedalaman, luas perairan, serta adanya stratifikasi di perairan
tergenang.Untuk mengetahui perbedaan karakter tersebut, biasanya dilakukan
pengamatan keadaan morfometrinya (Ma’rufi, 2010).
Aspek
biologis danau terdiri dari organisme yang tinggal dan berkembang biak di
perairan danau, termasuk nekton, bentos, dan plankton. Informasi biologis
terkait struktur komunitas berdasarkan indeks keanekaragaman jenis (H’),
keseragaman (E), dan dominansi (C) merupakan indeks yang sering digunakan untuk
mengevaluasi keadaan suatu lingkungan perairan berdasarkan kondisi biologis.
Suatu lingkungan yang stabil dicirikan oleh kondisi keanekaragaman biota yang
seimbang, tanpa adanya spesies yang dominan. Limnologis Danau Siombak
berdasarkan aspek morfometri, fisika, kimia, biologi, dan status trofik
perairan (Muhtadi dkk., 2016).
Oksigen
terlarut dan pH mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung parameter
limnologi lainnya seperti viskositas, total padatan terlarut dan konduktivitas
yang semuanya merupakan parameter fisik dan kimia yang sangat penting dalam
pengelolaan perairan.Stratifikasi vertikal suhu, oksigen dan pH di perairan
danau dapat menunjukkan dinamika perairan, potensi produktivitas dan evolusi
kimia di dalamnya.Konsentrasi oksigen terlarut tertinggi pada masing-masing
stasiun berada pada lapisan permukaan perairan. Hal ini dikarenakan adanya
cahaya matahari di lapisan permukaan perairan yang diamati sehingga membantu
proses fotosintesis dalam mensuplai oksigen ke perairan (Sinaga dkk., 2016).
Kedalaman suatu perairan berpengaruh
terhadap organisme akuatik khususnya zooplankton yang tergantung pada
fitoplankton yang berfotosisntesis pada air yang ditembus cahaya.Cahaya yang
masih cukup dalam perairan dapat meningkatkan fotosintesa fitoplankton yang
merupakan makanan dari zooplankton.Kedalaman juga berpengaruh terhadap nutrien
yang jatuh kebadan perairan. Sumbangan nutrien yang banyak ke perairan akan
memicu tumbuhnya plankton. penyebaran plankton didalam air tidak sama pada
kedalaman air yang berbeda hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
seperti perbedaan suhu, CO2, pH, DO dan intensitas cahaya
(Setiawati, 2017).
Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
profil
suhu dan oksigen terlarut dalam perairan.
2.
Untuk mengetahui
faktor-faktor
yang mempengaruhi suhu dan oksigen terlarut di perairan.
3.
Untuk mengetahui cara pengukuran
suhu profil suhu dan oksigen terlarut di perairan.
Manfaat Penulisan
Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan
tentang profil
suhu dan oksigen pada perairan
dan sebagai syarat masuk praktikum limnologi.

Defenisi Suhu Permukaan
Suhu merupakan
parameter fisik yang berperan dalam mengendalikan kondisi ekologis perairan.
Perubahan suhu biasanya dapat mempengarui proses fisik, kimia dan biologi yang
terjadi dalam kolom air. Secara biologi, setiap organisme air memiliki kisaran
toleransi suhu tertentu bagi kebutuhan hidup masingmasing, misalnya untuk
pertumbuhan. Selain itu peningkatan suhu juga akan mempengaruhi aktivitas
metabolisma, respirasi, reaksi kimia dan lain-lain. Oleh karena itu
representasi nilai suhu suatu perairan menjadi penting untuk dikaji sebagai
informasi data penelitian kualitas lingkungan(selanno dkk., 2013).
SPL juga merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi metabolisme dan
perkembangbiakan organisme laut, sehingga dapat dimanfaatkan untuk penentuan
lokasi budi daya laut. Salah satu contoh perairan yang membutuhkan kajian
tentang SPL untuk usaha budi daya laut adalah perairan Pulau Lombok di Provinsi
Nusa Tenggara Barat, dikarenakan Pulau Lombok merupakan salah satu kawasan yang
ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan usaha minapolitan budidaya kelautan.
SPL dapat diperoleh dengan pengukuran langsung (in situ) atau menggunakan citra
satelit penginderaan jauh. Sensor satelit penginderan jauh mendeteksi radiasi
elektromagnetik yang dipancarkan oleh permukaan laut untuk melihat fenomena
sebaran SPL. Radiasi yang dipancarkan umumnya berupa radiasi infra merah jauh
(biasa disebut juga sebagai infra merah thermal) dengan panjang gelombang
antara 8 – 15 μm. Radiasi infra merah thermal ini dapat melewati atmosfer tanpa
diserap oleh gas dan molekul air yang berada di atmosfer, karena pada panjang
gelombang antara 8 – 14 μm tersebut serapan yang terjadi di atmosfer cukup
rendah. Sehingga, panjang gelombang infra merah thermalbanyak digunakan untuk mendeteksi
emisi permukaan sesuai dengan suhunya (Emiyanti dkk., 2014).
Suhu
permukaan mengindikasikan besarnya tutupan lahan pada wilayah tersebut, yang
berpengaruh juga terhadap radiasi netto yang diserap dan dipantulkan oleh
tutupan lahan.Selain hal itu, fluks bahang mengindikasikan besar energi yang
diserap oleh sebuah tutupan lahan, dan mengindikasikan besarnya energi yang
dibutuhkan untuk memanaskan permukaan. Suhu udara pun akan dipengaruhi oleh
jenis tutupan lahan yang berada di permukaan bumi. Perubahan atau alih fungsi
lahan vegetasi menjadi lahan terbangun mengindikasikan adanya perubahan dari
semua aspek yang telah dijelaskan, Sehingga dari hal-hal tersebut, dibutuhkan
penelitian untuk melihat perubahan-perubahan nilai suhu permukaan, radiasi netto,
fluks bahang, dan suhu udara (Wiwoka, 2014).
Pengaruh suhu
permukaan laut terhadap pertumbuhan fitoplankton secara tidak langsung akan
mempengaruhi konsentrasi klorofil-a suatu perairan. Hal ini
dikarenakanklorofil-a itu sendiri adalah pigmen yang terdapat pada
fitoplankton. Dengan demikian, klorofil-a dapat dijadikan parameter
untuk mendeteksi keberadaan fitoplankton suatu perairan. Klorofil-a di
suatu perairan dapat digunakan sebagai ukuran produktivitas primer
fitoplankton, karena pada umunya dapat dijumpai pada semua jenis fitoplankton.
Parameter penting kualitas perairan adalah konsentrasi klorofil-a dan
suhu permukaan laut. Fitoplankton memegang peranan penting pada ekosistem
perairan. Fitoplankton dikenal sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil
sehingga mampu melakukan fotosintesis. Kandungan klorofil pada perairan
memiliki keterkaitan dengan kelimpahan fitoplankton (Panjaitan, 2017).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suhu Permukaan
Kondisi lapisan permukaan laut tropis adalah hangat dan variasi suhu
tahunannya adalah kecil, tetapi variasi suhu hariannya tinggi. Variasi suhu
rata-rata tahunannya lebih kecil dari 20C
di daerah khatulistiwa, namun beberapa tempat seperti di Laut Banda, Laut
Arafura, Laut Timor dan Selatan Jawa mempunyai variasi yang lebih besar yaitu 30C–40C.SPL
mempunyai hubungan dengan keadaan lapisan air laut yang terdapat di bawahnya,
sehingga data SPL dapat dipergunakan sebagai indikator untuk mendeteksi
fenomena yang terjadi di laut seperti front (pertemuan dua massa air), arus,
pengangkatan massa air atau upwelling dan aktivitas biologis organisme. Suhu
air laut dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi di dalam laut itu sendiri
seperti proses fisika dan kimia. Faktor-faktor fisik yang mempengaruhi SPL adalah
arus permukaan, keadaan awan, penguapan, gelombang, gerakan konveksi,
upwelling, divergensi, pembekuan dan pencairan es di daerah kutub.Lapisan air
permukaan padaumumnya menyebar hingga kedalaman tertentu sebelum mencapai kedalaman
yang lebih dingin di bawahnya. Pada permukaan air terjadi pencampuran massa air
yang diakibatkan oleh adanya angin, arus dan pasut sehingga merupakan lapisan
homogen (Yusniati, 2006).
Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan tanah liat)
ataupartikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen
hidup (biotik) seperti fitoplankton,zooplankton, bakteri, fungi, ataupun
komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik.
Zatpadat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang
heterogen, dan berfungsi sebagai bahanpembentuk endapan yang paling awal dan
dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan.Penetrasi
cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung
efektif akibat terhalang oleh zatpadat tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak
berlangsung sempurna. Sebaran zat padat tersuspensi di laut antara
laindipengaruhi oleh masukan yang berasal dari darat melalui aliran sungai, ataupun
dari udara dan perpindahan karenaresuspensi endapan akibat pengikisan (Tarigan
dan Edward, 2003).
Pola
pergerakan massa air mempengaruhi fluktuasi variabel oseanografi permukaan
seperti suhupermukaan laut dan klorofil-a. Suhu permukaan laut dan klorofil-amerupakan
dua parameter oseanografi penting yang bermanfaat dalam meningkatkan sumberdaya
perikanan. Suhu permukaan laut dapat digunakan sebagai indikator pendugaan
lokasiupwelling, downwelling, front yang terkait dengan wilayah
potensial ikan tuna. Sedangkan klorofil-apermukaan merupakan indikator tingkat
kesuburan dan produktivitas perairan (Yoga dkk., 2014).
Suhu permukaan laut sangat berpengaruh dalam kehidupan di laut, karena
dengan adanya perubahan suhu permukaan laut erat hubungannya dengan peristiwa
upwellingyang akan mengangkat nutrisi yang berada didasarlaut naik keatas
permukaan sehingga akan banyak ikan-ikan berkumpul disana. Sedangkan klorofil-a
sangat berpengaruh dalam sistem rantai makanan di laut, adanya kelimpahan
klorofil-a di suatu perairan dapat menjadikan indikasi berkumpulnya ikan kecil
untukmencari makan dan disinilah rantai makanan itu terjadi(Ariyanto, 2014).
Oksigen
terlarut adalah oksigen yang tersedia dalam air yang berasal dari difusi udara
atau perpindahan udara dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dan hasil
fotosintesis organisme berklorofil yang hidup dalam suatu perairan.Proses
sintesis 11 karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2 dan H2O) pada tumbuhan
berpigmen dengan bantuan energi cahaya matahari disebut fotosintesis.CO2 dan H2O merupakan substrat dalam reaksi
fotosintesis dan dengan bantuan cahaya matahari dan pigmen fotosintesis (berupa
klorofil dan pigemen-pigmen lainnya) akan menghasilkan karbohidrat dan
melepaskan oksigen. Cahaya matahari meliputi semua warna dari spektrum tampak
dari merah hingga ungu, tetapi tidak semua panjang gelombang dari spektrum
tampak diserap (diabsorpsi) oleh pigmen fotosintesis.Atom O pada karbohidrat
berasal dari CO2 dan atom H pada karbohidrat berasal dari H2O (Mardhiya, 2017).
Oksigen
terlarut mempunyai faktor kritis yang lain dari lingkungan air, karena
temperatur turun, tingkat kekeruhan oksigen tinggi. Keterlarutan oksigen di air
tawar lebih tinggi daripada air asin, karena sumber oksigen terlarut dekat
permukaan, konsentrasi oksigen akan turun dengan makin dalamnya air. Pada
temperatur kamar, jumlah oksigen terlarut dalam air 9 adalah 8 mg/l. pada air
yang terkena pencemaran, produksi oksigen melalui fotosintesis dan oksigen
terlarut dari udara dapat mengenyangkan air dengan oksigen. Adanya materi
pencemar dapat mengurangi jumlah oksigen dalam air (Fatimah, 2006).
Pengukuran Suhu Permukaan
Pada lapisan
permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara
air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya
kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses
fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan
untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik Keperluan
organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium
dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih
sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau
memijah.Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara
bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen
terlarut.Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan
nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik).Kandungan oksigen
terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme.Idealnya, kandungan
oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan
sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %. KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen
terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut (Salmin, 2005).
Oksigen terlarut
dapat dianalisis atau ditentukan dengan
2 macam cara, yaitu : 1. Metoda titrasi dengan cara WINKLER 2. Metoda
elektrokimia 1. Metoda titrasi dengan cara winkler Metoda titrasi dengan cara
winkler secara umum banyak digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut
(DO). Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan
dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dan NaOH- Kl,
sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4
atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan
molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut (DO).
Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium
tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator
larutan amilum (Mardhiya, 2017).
Cara penentuan
oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung untuk
menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah
menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam
dalarn larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya menggunakan
katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb).Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi
dengan membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen.n. Reaksi kimia yang
akan terjadi adalah : Katoda : O2 + 2 H2 O + 4- 4 HO- Anoda : Pb + 2 HO- PbO + H20 +
2e-
Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari aliran oksigen pada katoda.
Difusi oksigen dari sampel ke elektroda berbanding lurus terhadap konsentrasi
oksigen terlarut(Salmin,
2005).

Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Profil suhu dan oksigen di perairan adalah suhu dan
oksigen terlarut memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas suatu
perairan. Suhu merupakan penentu kandungan oksigen terlarut di perairan dan
oksigen terlarut berperan penting dalam proses metabolisme dan respirasi
organisme akuatik.
2. Faktor-faktor
fisik yang mempengaruhi profil suhu dan oksigen terlarut diperairan adalah arus
permukaan, keadaan awan, penguapan, gelombang, gerakan konveksi, upwelling,
divergensi, pembekuan dan pencairan es di daerah kutub.
3.
Cara pengukuran profil suhu dan
oksigen di perairan adalah dengan 2 macam cara, yaitu : Metoda
titrasi dengan cara WINKLER dan Metoda elektrokimia. Metoda titrasi dengan cara
winkler Metoda titrasi dengan cara winkler secara umum banyak digunakan untuk
menentukan kadar oksigen terlarut (DO).
Saran
Saran untuk makalah
ini adalah agar makalah ini bisa dijadikan sebagai bahan referensi bagi
pihak yang membutuhkan dan bagi pembaca, dan penulis menyadari bahwa penulis
masih jauh dari kata sempurna, kedepanya penulis akan lebih fokus menjelaskan
tentang makalah Profil Suhu dan Oksigen di Perairan.

Arianto. B. Y. Subiyanto, S dan
Hani’ah. 2014. Analisis Hubungan Produktivitas
Ikan Lemuru dengan Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Menggunakan Citra Satelit
Aqua Modis (Studi Kasus : Selat Bali). Jurnal Geodesi. Fakultas Teknik.
Universitas Diponegoro, Surabaya.
Emiyati. Setiawan, K. T. Manopo,
A. K. S. Budhiman, S. Hasyim, B. M. 2014. Analisis Multitemporal Sebaran Suhu
Permukaan Laut di Perairan Lombok Menggunakan Data Penginderaan Jauh Modis.
Seminar Nasional Jauh.
Fatimah, F. 2006. Pengaruh Pengolahan Limbah Tekstil
Pt. Apac Inti Corpora (AIC) terhadap Kualitas Air Sungai Bade Bawen. [Skripsi]
Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Fitra, E.
2008.Analisis Kualitas Air dan Hubungan dengan Keanekaragaman Vegetasi
Akuatik di Perairan Parapat Danau Toba. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Henny, C, M.
Fakhrudin, S. H. Nasution, T. Chrismadha. 2012. Seminar Nasional Limnologi.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mardhiya, I. D. 2017.Sistem Akuisisi Data Pengukuran
Kadar Oksigen Terlarut pada Air Tambak Udang Menggunakan Sensor Dissolve
Oxygen (Do).[Skripsi]. Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Ma’rufi, M,
Yunasfi, A. Muhtadi. 2010. Kajian
Morfometri Danau Pondok Lapan Desa Naman Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten
Langkat. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Muhtadi,
A,Yunasfi, R. Leidonald, S. D. Sandy, A. Junaidy, A. T. Daulay. 2016. Status
Limnologis Danau Siombak, Medan, Sumatra Utara. Oseanologi dan Limnologi di
Indonesia. 1(1): 39-55. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Panjaitan, R. R. 2017. Analisis Sebaran Suhu Permukaan Laut dan
Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Belawan Kota Medan Provinsi Sumatera
Utara. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Univertias Riau, Riau.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut
(DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk
Menentukan Kualtias Perairan. Jurnal Oseana. 30(3): 21-26.
Selanno, D. A. J. Natan, J.
Uneputty, A. Lewerissa, Y. A. Analisis Beberapa Parameter Kualitas Air di
Daerah Habitat Teripang. Jurnal Triton. 9(1): 1-9. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Pattimura, Ambon.
Setiawati,
S. 2017. Komposisi dan Struktur Komunitas Zooplankton pada
Kedalaman yang Berbeda di Danau di atas
Kabupaten Solok Sumatera Barat.[Skripsi]. Universitas Andalas, Padang.
Sinaga, E.
L. R, A. Muhtadi, D. Bakti. 2016. Profil Suhu, Oksigen Terlarut, dan pH Secara
Vertikal Selama 24 Jam di Danau Kelapa Gading Kabupaten Asahan Sumatera Utara.
Omni-Akuatika. 2 (2): 114 – 124 . ISSN:1858-3873. Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Tarigan, M. S dan Edward. 2003. Kandungan
Total Zat Padat Tersuspensi(Total Suspended Solid) di Perairan Raha,Sulawesi Tenggara. .
Wiwoka, 2014. Pola Suhu Permukaan dan Udara
Menggunakan Citra Satelit Landsat Multitemporal. Jurnal Ecalob. 8(1): 1-52.
Yoga, R. B. Setyono, H. 2014. Dinamika Upwelling dan Downwelling BerdasarkanVariabilitas
Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a di Perairan Selatan Jawa. Jurnal
Oseanografi. 3(1): 55-66. Fakultas Perrikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Diponegoro.
Yusniati, M. 2006. Analisis Spasial Suhu Permukaan Laut di Perairan
Laut Jawa pada Musim Timur dengan Menggunakan Data Digital Satelit
Noaa16-Avhrr. [Skripsi]. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Komentar
Posting Komentar