Limnologi Profil Suhu dan oksigen di perairan


Makalah Praktikum Limnologi
PROFIL SUHU DAN OKSIGEN DI PERAIRAN
Oleh:
Rizky Yonanda Lubis
160302062
IV/B







Description: logo usu untuk semua.png










LABORATORIUM LIMNOLOGI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYAPERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017



PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Istilah limnologi pertama kali digunakan oleh Forel (1901) di dalam bukunya yang berjudul Handbuch der Seekunde, Allgemeine Limnologie.Buku tersebut membahas tentang ekosistem danau. Sebenarnya limnologi telah diperkenalkan lebih dulu oleh Zacharias (1891) yang mendirikan laboratorium penelitian dibidang limnologi, Thienemaa kemudian mengembangkannya dan memberi nama institusi tersebut Institut Max-Planck.Sejak saat itu limnologi berkembang cukup pesat. Pada dekade 90-an limnologi menjadi sebuah ilmu yang menyedot perhatian dunia, terutama disebabkan karenabesarnya kebutuhan air bersih untuk kepentingan domestik, tetapi ketersediaan air bersih di alam semakin menipis akibat berbagai aktifitas manusia baik secara langsung maupun tidak langsung (Henny dkk.,2012).
Danau merupakan suatu badan air yang tergenang sepanjang tahun.Danau dapat terbentuk secara alami maupun buatan.Secara alami terbentuk karena patahan kulit bumi (tektonik) dan letusan gunung merapi (vulkanik). Danau yang terbentuk sebagai akibat gaya vulkanik badan airnya mengandung bahan-bahan dari perut bumi seperti belerang dan panas bumi.Perairan dikatakan bertipe danau, apabila perairan tersebut dalam dan tepian curam.Air perairan danau umumnya jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya dibagian pinggir perairan (Fitra, 2003).
Di perairan danau, oksigen lebih banyak dihasilkan oleh fotosintesis alga yang banyak terdapat pada lapisan epilimnion.Pada perairan tergenang yang dangkal dan banyak ditumbuhi tanaman air pada zona litoral, keberadaan oksigen lebih banyak dihasilkan oleh aktivitas fotosintesis tumbuhan air. Kadar oksigen maksimum 14 terjadi pada sore hari, sedangkan kadar minimum terjadi pada malam hari menjelang pagi hari. Kadar oksigen terlarut pada perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/liter. Kadar oksigen larut dalam air didukung oleh adanya tingkat kecerahan air yang optimal bagi cahaya matahari yang dapat masuk pada kedalaman yang lebih dalam sehingga pada kedalaman perairan tersebut terjadi proses fotosintesis dan akhirnya suplai oksigen di lokasi tersebut mencukupi bagi proses kehidupan zooplankton (Setiawati, 2017).
Danau dapat terbentuk dari berbagi macam penyebab melalui proses yang berbeda-beda. Beberapa proses pembentukan danau yakni danau tektonik, danau vulkanik, danau akibat longsor, aktivitas pergerakan es, dan danau buatan. Danau tektonik adalah danau yang terbentuk karena pergerakan lapisan tanah dalam. Danau vulkanik adalah danau yang terbentuk akibat aktivitas gunung api. Danau akibat longsor disebabakan oleh pergerakan tanah ke lembah sehingga membentuk bendungan, terbentuk danau dan sering berukuran sangat besar.Aktivitas es dapat membentuk danau akibat pergerakan bongkahan es            (Fitra, 2003).
Jenis-jenis perairan yang ada di daratan dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan mengalir (lotik) dan perairan tergenang (lentik).Perairan mengalir sangat dipengaruhi arus air.Perairan yang tergenang sangat dipengaruhi oleh kedalamannya.Perairan tergenang termasuk danau, rawa, situ, waduk, bendungan dan telaga.Perbedaannya pada kedalaman, luas perairan, serta adanya stratifikasi di perairan tergenang.Untuk mengetahui perbedaan karakter tersebut, biasanya dilakukan pengamatan keadaan morfometrinya (Ma’rufi, 2010).
Aspek biologis danau terdiri dari organisme yang tinggal dan berkembang biak di perairan danau, termasuk nekton, bentos, dan plankton. Informasi biologis terkait struktur komunitas berdasarkan indeks keanekaragaman jenis (H’), keseragaman (E), dan dominansi (C) merupakan indeks yang sering digunakan untuk mengevaluasi keadaan suatu lingkungan perairan berdasarkan kondisi biologis. Suatu lingkungan yang stabil dicirikan oleh kondisi keanekaragaman biota yang seimbang, tanpa adanya spesies yang dominan. Limnologis Danau Siombak berdasarkan aspek morfometri, fisika, kimia, biologi, dan status trofik perairan (Muhtadi dkk., 2016).
Oksigen terlarut dan pH mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung parameter limnologi lainnya seperti viskositas, total padatan terlarut dan konduktivitas yang semuanya merupakan parameter fisik dan kimia yang sangat penting dalam pengelolaan perairan.Stratifikasi vertikal suhu, oksigen dan pH di perairan danau dapat menunjukkan dinamika perairan, potensi produktivitas dan evolusi kimia di dalamnya.Konsentrasi oksigen terlarut tertinggi pada masing-masing stasiun berada pada lapisan permukaan perairan. Hal ini dikarenakan adanya cahaya matahari di lapisan permukaan perairan yang diamati sehingga membantu proses fotosintesis dalam mensuplai oksigen ke perairan              (Sinaga dkk., 2016).
Kedalaman suatu perairan berpengaruh terhadap organisme akuatik khususnya zooplankton yang tergantung pada fitoplankton yang berfotosisntesis pada air yang ditembus cahaya.Cahaya yang masih cukup dalam perairan dapat meningkatkan fotosintesa fitoplankton yang merupakan makanan dari zooplankton.Kedalaman juga berpengaruh terhadap nutrien yang jatuh kebadan perairan. Sumbangan nutrien yang banyak ke perairan akan memicu tumbuhnya plankton. penyebaran plankton didalam air tidak sama pada kedalaman air yang berbeda hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan lingkungan seperti perbedaan suhu, CO2, pH, DO dan intensitas cahaya (Setiawati, 2017).            
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui profil suhu dan oksigen terlarut dalam perairan.
2.    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi suhu dan oksigen terlarut di perairan.
3.    Untuk mengetahui cara pengukuran suhu profil suhu dan oksigen terlarut di perairan.
Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang profil suhu dan oksigen pada perairan dan sebagai syarat masuk praktikum limnologi.









TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi Suhu Permukaan
Suhu merupakan parameter fisik yang berperan dalam mengendalikan kondisi ekologis perairan. Perubahan suhu biasanya dapat mempengarui proses fisik, kimia dan biologi yang terjadi dalam kolom air. Secara biologi, setiap organisme air memiliki kisaran toleransi suhu tertentu bagi kebutuhan hidup masingmasing, misalnya untuk pertumbuhan. Selain itu peningkatan suhu juga akan mempengaruhi aktivitas metabolisma, respirasi, reaksi kimia dan lain-lain. Oleh karena itu representasi nilai suhu suatu perairan menjadi penting untuk dikaji sebagai informasi data penelitian kualitas lingkungan(selanno dkk., 2013).
            SPL juga merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi metabolisme dan perkembangbiakan organisme laut, sehingga dapat dimanfaatkan untuk penentuan lokasi budi daya laut. Salah satu contoh perairan yang membutuhkan kajian tentang SPL untuk usaha budi daya laut adalah perairan Pulau Lombok di Provinsi Nusa Tenggara Barat, dikarenakan Pulau Lombok merupakan salah satu kawasan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan usaha minapolitan budidaya kelautan. SPL dapat diperoleh dengan pengukuran langsung (in situ) atau menggunakan citra satelit penginderaan jauh. Sensor satelit penginderan jauh mendeteksi radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh permukaan laut untuk melihat fenomena sebaran SPL. Radiasi yang dipancarkan umumnya berupa radiasi infra merah jauh (biasa disebut juga sebagai infra merah thermal) dengan panjang gelombang antara 8 – 15 μm. Radiasi infra merah thermal ini dapat melewati atmosfer tanpa diserap oleh gas dan molekul air yang berada di atmosfer, karena pada panjang gelombang antara 8 – 14 μm tersebut serapan yang terjadi di atmosfer cukup rendah. Sehingga, panjang gelombang infra merah thermalbanyak digunakan untuk mendeteksi emisi permukaan sesuai dengan suhunya (Emiyanti dkk., 2014).
Suhu permukaan mengindikasikan besarnya tutupan lahan pada wilayah tersebut, yang berpengaruh juga terhadap radiasi netto yang diserap dan dipantulkan oleh tutupan lahan.Selain hal itu, fluks bahang mengindikasikan besar energi yang diserap oleh sebuah tutupan lahan, dan mengindikasikan besarnya energi yang dibutuhkan untuk memanaskan permukaan. Suhu udara pun akan dipengaruhi oleh jenis tutupan lahan yang berada di permukaan bumi. Perubahan atau alih fungsi lahan vegetasi menjadi lahan terbangun mengindikasikan adanya perubahan dari semua aspek yang telah dijelaskan, Sehingga dari hal-hal tersebut, dibutuhkan penelitian untuk melihat perubahan-perubahan nilai suhu permukaan, radiasi netto, fluks bahang, dan suhu udara (Wiwoka, 2014).
Pengaruh suhu permukaan laut terhadap pertumbuhan fitoplankton secara tidak langsung akan mempengaruhi konsentrasi klorofil-a suatu perairan. Hal ini dikarenakanklorofil-a itu sendiri adalah pigmen yang terdapat pada fitoplankton. Dengan demikian, klorofil-a dapat dijadikan parameter untuk mendeteksi keberadaan fitoplankton suatu perairan. Klorofil-a di suatu perairan dapat digunakan sebagai ukuran produktivitas primer fitoplankton, karena pada umunya dapat dijumpai pada semua jenis fitoplankton. Parameter penting kualitas perairan adalah konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut. Fitoplankton memegang peranan penting pada ekosistem perairan. Fitoplankton dikenal sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil sehingga mampu melakukan fotosintesis. Kandungan klorofil pada perairan memiliki keterkaitan dengan kelimpahan fitoplankton (Panjaitan, 2017).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suhu Permukaan
            Kondisi lapisan permukaan laut tropis adalah hangat dan variasi suhu tahunannya adalah kecil, tetapi variasi suhu hariannya tinggi. Variasi suhu rata-rata tahunannya lebih kecil dari  20C di daerah khatulistiwa, namun beberapa tempat seperti di Laut Banda, Laut Arafura, Laut Timor dan Selatan Jawa mempunyai variasi yang lebih besar yaitu 30C–40C.SPL mempunyai hubungan dengan keadaan lapisan air laut yang terdapat di bawahnya, sehingga data SPL dapat dipergunakan sebagai indikator untuk mendeteksi fenomena yang terjadi di laut seperti front (pertemuan dua massa air), arus, pengangkatan massa air atau upwelling dan aktivitas biologis organisme. Suhu air laut dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi di dalam laut itu sendiri seperti proses fisika dan kimia. Faktor-faktor fisik yang mempengaruhi SPL adalah arus permukaan, keadaan awan, penguapan, gelombang, gerakan konveksi, upwelling, divergensi, pembekuan dan pencairan es di daerah kutub.Lapisan air permukaan padaumumnya menyebar hingga kedalaman tertentu sebelum mencapai kedalaman yang lebih dingin di bawahnya. Pada permukaan air terjadi pencampuran massa air yang diakibatkan oleh adanya angin, arus dan pasut sehingga merupakan lapisan homogen (Yusniati, 2006).
Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan tanah liat) ataupartikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton,zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zatpadat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahanpembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan.Penetrasi cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung efektif akibat terhalang oleh zatpadat tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak berlangsung sempurna. Sebaran zat padat tersuspensi di laut antara laindipengaruhi oleh masukan yang berasal dari darat melalui aliran sungai, ataupun dari udara dan perpindahan karenaresuspensi endapan akibat pengikisan (Tarigan dan Edward, 2003).
Pola pergerakan massa air mempengaruhi fluktuasi variabel oseanografi permukaan seperti suhupermukaan laut dan klorofil-a. Suhu permukaan laut dan klorofil-amerupakan dua parameter oseanografi penting yang bermanfaat dalam meningkatkan sumberdaya perikanan. Suhu permukaan laut dapat digunakan sebagai indikator pendugaan lokasiupwelling, downwelling, front yang terkait dengan wilayah potensial ikan tuna. Sedangkan klorofil-apermukaan merupakan indikator tingkat kesuburan dan produktivitas perairan (Yoga dkk., 2014).
Suhu permukaan laut sangat berpengaruh dalam kehidupan di laut, karena dengan adanya perubahan suhu permukaan laut erat hubungannya dengan peristiwa upwellingyang akan mengangkat nutrisi yang berada didasarlaut naik keatas permukaan sehingga akan banyak ikan-ikan berkumpul disana. Sedangkan klorofil-a sangat berpengaruh dalam sistem rantai makanan di laut, adanya kelimpahan klorofil-a di suatu perairan dapat menjadikan indikasi berkumpulnya ikan kecil untukmencari makan dan disinilah rantai makanan itu terjadi(Ariyanto, 2014).
Oksigen terlarut adalah oksigen yang tersedia dalam air yang berasal dari difusi udara atau perpindahan udara dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dan hasil fotosintesis organisme berklorofil yang hidup dalam suatu perairan.Proses sintesis 11 karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2 dan H2O) pada tumbuhan berpigmen dengan bantuan energi cahaya matahari disebut fotosintesis.CO2 dan H2O merupakan substrat dalam reaksi fotosintesis dan dengan bantuan cahaya matahari dan pigmen fotosintesis (berupa klorofil dan pigemen-pigmen lainnya) akan menghasilkan karbohidrat dan melepaskan oksigen. Cahaya matahari meliputi semua warna dari spektrum tampak dari merah hingga ungu, tetapi tidak semua panjang gelombang dari spektrum tampak diserap (diabsorpsi) oleh pigmen fotosintesis.Atom O pada karbohidrat berasal dari CO2 dan atom H pada karbohidrat berasal dari H2O (Mardhiya, 2017).
Oksigen terlarut mempunyai faktor kritis yang lain dari lingkungan air, karena temperatur turun, tingkat kekeruhan oksigen tinggi. Keterlarutan oksigen di air tawar lebih tinggi daripada air asin, karena sumber oksigen terlarut dekat permukaan, konsentrasi oksigen akan turun dengan makin dalamnya air. Pada temperatur kamar, jumlah oksigen terlarut dalam air 9 adalah 8 mg/l. pada air yang terkena pencemaran, produksi oksigen melalui fotosintesis dan oksigen terlarut dari udara dapat mengenyangkan air dengan oksigen. Adanya materi pencemar dapat mengurangi jumlah oksigen dalam air (Fatimah, 2006).
Pengukuran Suhu Permukaan
Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah.Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut.Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik).Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme.Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %. KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut (Salmin, 2005).
Oksigen terlarut dapat dianalisis atau ditentukan  dengan 2 macam cara, yaitu : 1. Metoda titrasi dengan cara WINKLER 2. Metoda elektrokimia 1. Metoda titrasi dengan cara winkler Metoda titrasi dengan cara winkler secara umum banyak digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut (DO). Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dan NaOH- Kl, sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut (DO). Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum (Mardhiya, 2017).
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalarn larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb).Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen.n. Reaksi kimia yang akan terjadi adalah : Katoda : O2 + 2 H2 O + 4- 4 HO- Anoda : Pb + 2 HO- PbO + H20 + 2e- Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari aliran oksigen pada katoda. Difusi oksigen dari sampel ke elektroda berbanding lurus terhadap konsentrasi oksigen terlarut(Salmin, 2005).





KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
            Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Profil suhu dan oksigen di perairan adalah suhu dan oksigen terlarut memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas suatu perairan. Suhu merupakan penentu kandungan oksigen terlarut di perairan dan oksigen terlarut berperan penting dalam proses metabolisme dan respirasi organisme akuatik.
2.    Faktor-faktor fisik yang mempengaruhi profil suhu dan oksigen terlarut diperairan adalah arus permukaan, keadaan awan, penguapan, gelombang, gerakan konveksi, upwelling, divergensi, pembekuan dan pencairan es di daerah kutub.
3.    Cara pengukuran profil suhu dan oksigen di perairan adalah dengan 2 macam cara, yaitu : Metoda titrasi dengan cara WINKLER dan Metoda elektrokimia. Metoda titrasi dengan cara winkler Metoda titrasi dengan cara winkler secara umum banyak digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut (DO).
Saran
Saran untuk makalah  ini adalah agar makalah ini bisa dijadikan sebagai bahan referensi bagi pihak yang membutuhkan dan bagi pembaca, dan penulis menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepanya penulis akan lebih fokus menjelaskan tentang makalah Profil Suhu dan Oksigen di Perairan.










DAFTAR PUSTAKA               
Arianto. B. Y. Subiyanto, S dan Hani’ah. 2014. Analisis Hubungan Produktivitas Ikan Lemuru dengan Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a Menggunakan Citra Satelit Aqua Modis (Studi Kasus : Selat Bali). Jurnal Geodesi. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro, Surabaya.

Emiyati. Setiawan, K. T. Manopo, A. K. S. Budhiman, S. Hasyim, B. M. 2014. Analisis Multitemporal Sebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Lombok Menggunakan Data Penginderaan Jauh Modis. Seminar Nasional Jauh.

Fatimah, F. 2006. Pengaruh Pengolahan Limbah Tekstil Pt. Apac Inti Corpora (AIC) terhadap Kualitas Air Sungai Bade Bawen. [Skripsi] Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Fitra, E. 2008.Analisis Kualitas Air dan Hubungan dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perairan Parapat Danau Toba. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Henny, C, M. Fakhrudin, S. H. Nasution, T. Chrismadha. 2012. Seminar Nasional Limnologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mardhiya, I. D. 2017.Sistem Akuisisi Data Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut pada Air Tambak Udang Menggunakan Sensor Dissolve Oxygen (Do).[Skripsi]. Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Ma’rufi, M, Yunasfi, A. Muhtadi.  2010. Kajian Morfometri Danau Pondok Lapan Desa Naman Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Muhtadi, A,Yunasfi, R. Leidonald, S. D. Sandy, A. Junaidy, A. T. Daulay. 2016. Status Limnologis Danau Siombak, Medan, Sumatra Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 1(1): 39-55. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Panjaitan, R. R. 2017. Analisis Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Belawan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Univertias Riau, Riau.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualtias Perairan. Jurnal Oseana. 30(3): 21-26.



Selanno, D. A. J. Natan, J. Uneputty, A. Lewerissa, Y. A. Analisis Beberapa Parameter Kualitas Air di Daerah Habitat Teripang. Jurnal Triton. 9(1): 1-9. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Pattimura, Ambon.

Setiawati, S. 2017. Komposisi dan Struktur Komunitas Zooplankton pada Kedalaman yang Berbeda di Danau di atas Kabupaten Solok Sumatera Barat.[Skripsi]. Universitas Andalas, Padang.

Sinaga, E. L. R, A. Muhtadi, D. Bakti. 2016. Profil Suhu, Oksigen Terlarut, dan pH Secara Vertikal Selama 24 Jam di Danau Kelapa Gading Kabupaten Asahan Sumatera Utara. Omni-Akuatika. 2 (2): 114 – 124 . ISSN:1858-3873. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Tarigan, M. S dan Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi(Total Suspended Solid) di Perairan Raha,Sulawesi Tenggara. .

Wiwoka, 2014.  Pola Suhu Permukaan dan Udara Menggunakan Citra Satelit Landsat Multitemporal. Jurnal Ecalob. 8(1): 1-52.

Yoga, R. B. Setyono, H. 2014. Dinamika Upwelling dan Downwelling BerdasarkanVariabilitas Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a di Perairan Selatan Jawa. Jurnal Oseanografi. 3(1): 55-66. Fakultas Perrikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro.

Yusniati, M. 2006. Analisis Spasial Suhu Permukaan Laut di Perairan Laut Jawa pada Musim Timur dengan Menggunakan Data Digital Satelit Noaa16-Avhrr. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.


Komentar

Postingan Populer